Sabtu sore, sehari setelah lebaran Idul Adha, 7 Juni 2023 lalu, saya mampir ke rumah salah seorang kerabat. Saya mendapatinya tengah membersihkan dan mengiris-ngiris daging yang didapat dari pembagian daging kurban pada hari itu. Pemotongan hewan kurban di wilayah Kabupaten Agam, tempat kerabat saya tinggal umumnya ditunda sehari, tidak dilaksanakan bertepatan di hari raya dengan alasan waktu penyelenggaran kurban lebih singkat karena terjeda waktu salat Jum’at. Kepada saya dia mengatakan akan mengolah jatah dagingnya untuk dijadikan dendeng kering dan rendang. Dendeng dan rendang itu rencananya akan dikirimkan untuk si Uncu, adiknya yang merantau di Jakarta.
“Meskipun di Jakarta dia mendapatkan jatah daging kurban, tapi sebagai kakak, rasanya tidak senang kalau Uni tidak ikut mengirimkan olahan daging dari kampung. Apalagi, si Uncu sangat taragak (rindu) masakan olahan Ibu,” tuturnya.
Menurut kerabat saya tersebut, meskipun selama merantau di Jakarta adiknya bisa mendapatkan makanan yang enak-enak dari daerah lain, tapi masakan dari kampung, terutama yang dimasak ibu dan Uni-nya tetap dinanti-nanti. Kiriman dari kampung menjadi pelepas taragak. Ketika ditanyakan apakah kirimannya tidak akan basi di jalan, kerabat saya menyebutkan kalau dia biasa menggunakan JNE yang waktu pengirimannya sangat cepat dan tepat. Kekhawatiran kiriman dari kampung akan terlambat dan tersesat sudah tidak ada.
Kerabat saya bukan satu-satunya yang cukup sering mengirimkan berbagai makanan atau hasil bumi untuk keluarga di rantau. Khairul Basri, salah seorang pensiunan guru, yang anak-anaknya semua merantau dan sudah memiliki keluarga sendiri mengaku tetap mengirimkan apapun yang kira-kira akan disukai anak-anak dan cucunya di perantauan. “Anak-anak Saya yang lidah mereka dari kecil sudah terbiasa dengan makanan dan bahan makanan kampung pasti akan merasakan nikmat makan seperti di rumah jika menerima kiriman kita, orang tuanya,” jelas Khairul Basri.
Ada saja yang dikirimkan Khairul Basri dan istri untuk anak-anaknya yang di Jakarta, Palembang dan Bogor. Kadang dia mengirimkan beras, kopi, cabe kering, cemilan, bahkan sayuran. “ Apapun yang anak-anak atau cucu taragak atau sesuatu yang terpikir oleh kami akan mereka sukai, akan saya belikan, bungkus dan diantar ke JNE,” ujarnya.
“Udah dari dulu menggunakan jasa JNE, gak ribet. Anak-anak pun kalau mengirimkan sesuatu dari rantau menggunakan JNE,” tambah Khairul.
Merantau, Kiriman dan Potensi Ekonomi
Bagi orang Minang yang menganggap berdiaspora atau merantau sebagai bagian dari tradisi dan budaya, ada nilai yang tidak bisa dipungkiri dalam pelaksanaanya bahwa merantau adalah bagian dari tanda kecintaan kepada kampung halaman. Hal ini dijelaskan dalam ungkapan berikut:
Sayang jo anak dilacuik
Sayang jo kampuang ditinggakan
Ujan ameh di nagari urang
Ujan batu di nagari awak
Kampuang nan jauah dibantu juo
Yang kalau dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia berarti:
sayang kepada anak dipukuli
sayang kepada kampung ditinggalkan
hujan emas di negeri orang
hujan batu di negeri kita
kampung yang jauh dibantu juga
Bagi perantau pemula, rasa cinta yang besar kepada rumah dan kampung yang ditinggal tidak seketika sirna. Mereka yang baru merantau biasanya selalu membawa benda dan bekal yang mengingatkan pada rumah dan kampung halaman. Bagi orang tua setidaknya akan membekali anak-anak mereka dengan rendang. Secara turun temurun, rendang menjadi lauk yang bisa bertahan cukup lama dari rasa basi saat perantau memulai usahanya di negeri orang. Kebiasan itu pun menjadikan rendang sebagai makanan kiriman untuk perantau dari keluarga di kampung halaman jika rindu rumah dan kampung halaman. Meski selanjutnya mereka sudah membangun keluarga sendiri dan tinggal berpuluh-puluh tahun di perantauan, hati dan cinta perantau Minang terhadap kampung halamannya tidak berkurang, terlebih lagi lidah mereka yang tidak bisa lepas dari selera masakan kampung.
Menyadari fakta kalau orang Minang seleranya tidak jauh-jauh dari cita rasa masakan kampung halaman mereka (yang disebut orang luar sebagai masakan Padang), ditambah bahwa masakan Minang banyak yang menyukai, orang-orang pun melihat ini sebagai peluang bisnis. Berbagai UMKM yang mengolah masakan Minang mulai dari rendang, dendeng, ikan kering dan berbagai macam cemilin khas Minang pun mulai bermunculan.
Witri, 55, adalah salah seorang ibu rumah tangga yang melihat peluang ini. Berbekal kepandaiannya mengolah cemilan ringan keripik yang semula dijual hanya kepada teman-teman dan dititip di swalayan, ia pun mulai mengembangkan pemasaran ke luar daerah. “Enaknya usaha seperti ini tidak harus mengeluarkan biaya untuk kontrak kedai, hanya menggunakan biaya untuk jasa ekspedisi” ujarnya.
Mulai merasakan manisnya cuan dari berjualan jarak jauh, Witri pun bergabung dengan emak-emak lain yang punya kemampuan memasak. Perkenalan itu diinisiasi salah seorang anggota DPRD sebagai bentuk program kerjanya. Bersama sembilan belas emak-emak, Witri membentuk kelompok usaha bersama. Mereka mulai memproduksi berbagai macam rendang; daging sapi, ikan, nangka dan jengkol dengan merek “Randang Sakancah Gadang”. Selain itu juga ada produksi cemilan-cemilan kering. Dengan bantuan kurir JNE, produk mereka pun dipasarkan ke berbagai daerah di luar provinsi seperti Pekanbaru, Jambi, dan Jakarta.
“Sayang usaha kami tidak bertahan lama, karena masing-masing sudah melihat peluang pasarnya. Satu-satu keluar dan menjual produk sendiri-sendiri. Yang sudah punya koneksi memanfaatkan koneksi mereka sendiri, seperti menjual rendang bahkan sampai ke Kalimantan,” beber Witri.
Meskipun usaha bersamanya tidak berjalan, namun Witri masih tetap optimis untuk kembali memulai bisnis serupa. Sekarang, bersama tiga kawan, Witri mulai membentuk usaha dalam kelompok “Konco Arek Sahati” membidangi usaha seperti sebelumnya. Witri yakin, banyaknya perantau Minang di berbagai penjuru negeri dan beragam bahan makanan serta olahannya punya koneksi yang erat untuk digarap dalam frame bisnis.
Peluang-peluang bisnis antara orang-orang di kampung halaman seperti Sumatra Barat dengan perantaunya jika disinergikan akan sangat besar. Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, medio tahun lalu menyatakan bahwa jumlah perantau Minang sangat banyak. "Apabila dihitung mulai dengan keturunan hingga anggota keluarganya, maka jumlah perantau Minang yang ada di perantauan, lebih banyak dari jumlah penduduk di Sumatera Barat,"kata Mahyeldi (viva.co.id, 2024).
Dari sisi ekonomi, keterikatan perantau Minang dengan kampung halaman tidak lagi sekedar mengirimkan uang atau membelanjakan uang pada saat mudik di kampung. Orang di kampung berpeluang membangun jaringan bisnis dengan tempat kerabat mereka di rantau. Artinya, kiriman dari kampung tidak lagi dilihat sebagai oleh-oleh pelepas rasa rindu, tapi bisa dikembangkan sebagai produk dagang di perantauan. Terelebih urang awak terkenal dengan jiwa dagangnya yang sudah mendarah daging. Bisa diperkirakan perekonomian di kampung bisa hidup dan berkembang.
Inspirasi Tanpa Batas JNE Melesatkan Ekonomi
Sinergi antara perantau dan kampung halaman dalam menggerakan perekonomian tidak akan terwujud baik tanpa andil pihak ketiga, yakni perusahaan ekpedisi barang. Sebagaimana diungkapkan semua pemakai jasa ekspedisi dalam tulisan ini, JNE ternyata menjadi pilihan utama mereka untuk mengirimkan kiriman dan produk untuk anak-anak dan konsumen. Tanpa menyebut perusahaan jasa pengiriman lain, JNE langsung muncul sebagai pilihan pengiriman barang mereka.
“Sejauh ini saya tidak pernah kecewa dengan layanan JNE, selalu tepat waktu dan penerima pun merasa puas karena kualitas barang tetap terjaga,” jelas Witri menjawab pertanyaan kenapa dia memilih JNE untuk mengirim produk UMKM-nya.
Witri menuturkan kalau dia mengetahui JNE dari rekomendasi teman-temannya. Dia sendiri tidak terlalu menelusuri tentang perusahaan ekspedisi yang telah berdiri sejak 1990 silam itu. Baginya saran teman-temannya yang juga dapat rekomendasi dari orang lain menunjukkan bahwa jasa kurir JNE sudah dikenal luas dan terpercaya dari satu pengguna ke pengguna lainnya.
Menurut hasil beberapa peneliti di Cina yang diterbitkan di Jurnal Frontiers pada 24 Oktober 2022, berjudul The main influencing factors of customer satisfaction and loyalty in city express delivery, ada beberapa faktor yang membuat pelanggan setia pada perusahaan jasa pengiriman. Faktor-faktor berpengaruh itu diantaranya: komitmen dalam waktu pengiriman, kesesuaian antara harga dan layanan, popularitas dan kredibilitas perusahaan, serta keamanan pengiriman.
Merujuk pada profil dan rekam jejak JNE sebagai perusahaan ekspedisi barang, ternyata faktor-faktor ini telah diterapkan sejak lama. Pemenuhan kepuasan pelanggan tercermin dari nilai-nilai yang diterapkan dalam perusahaan: jujur, disiplin, bertanggung jawab dan visioner. Mengacu pada penjabaran nilai perusahaan, JNE menerapkan kejujuran perusahaan dengan melaksanakan tugas sesuai dengan panduan dan prosedur, dapat dipercaya, berintegritas tinggi, serta sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Sebagai penyedia jasa angkutan barang yang disiplin JNE berkomitmen dan gigih dalam memenuhi pencapaian target kinerja dan taat terhadap aturan yang berlaku. Untuk bukti tanggung jawabnya, JNE mengerjakan tugas sesuai deskripsi, kewenangan, dan target yang diberikan dengan tepat waktu dan menggunakan semua sumber daya yang ada secara efisien. Kecepatan JNE menyesuaikan diri dengan perubahan (adaptif), berpikir kreatif, proaktif melakukan inovasi, perbaikan-perbaikan, serta mampu melihat peluang dan resiko tujuan-tujuan besar di masa depan, menjadikannya sebagai perusahaan yang visioner. Tidak heran kalau JNE sudah meraih puluhan penghargaan dari berbagai kategori.
Karena kualitas dan rekam jejaknya kerja yang baik, perusahan ekspedisi visioner seperti JNE-lah yang bisa menjembatani sinergi antara perantau dengan orang-orang di kampung halaman. Tidak hanya untuk wilayah Sumatra Barat saja, tapi juga daerah-daerah lain dengan perantaunya. Melihat fitur-fitur dan terobosannya seperti Pesona, toko online makanan khas dan oleh-oleh dari UKM (Usaha Kecil Menengah) seluruh Indonesia, membuktikan bahwa JNE melesat Sat Set dalam membuka peluang bagi siapa saja yang ingin berkembang. Dengan inspirasi tanpa batas, JNE tidak hanya melesatkan perusahaannya tapi juga UKM yang ada di seluruh penjuru nusantara. (Yuhendra)
#JNE
#ConnectingHappiness
#JNE34SatSet
#JNE34Tahun
#JNEContentCompetition2025
#JNEInspirasiTanpaBatas
No comments:
Post a Comment