Translate

Thursday, September 20, 2012

Sepucuk Surat dari Ayah dan Ibu

Sudah cukup sering barangkali kutipan surat berikut ini diunggah di youtube, dalam berbagai versi dan beda bahasa. Namun entah mengapa, setiap kali melihat video yang hanya terdiri dari foto-foto dan kalimat-kalimat disertai music sendu itu selalu menyentuh kalbu. Bagi yang belum pernah melihat, berikut kutipan video yang salah satu versinya berjudul “Surat dari Ayah dan Ibu” itu:

Sebuah surat dari Ayah dan Ibu
Anakku, Jika saya tua nanti, saya berharap kamu bisa mengerti dan bersabar padaku. Seandainya aku memecahkan piring, atau menumpahkan sup di atas meja karena buruknya penglihatanku, aku harap kamu tidak meneriaki aku. Orang tua itu sangat sensitif. Gampang tersinggung kalau kamu berteriak.
Ketika pendengaranku mulai berkurang dan aku sulit mendengar apa yang kamu katakan, aku harap kamu tidak mengatai aku ‘tuli !’. Tolong ulangi ucapanmu atau tuliskanlah. Maafkan aku anakku… Aku sudah tua. Kalau kakiku makin bertambah lemah, aku harap kamu mau bersabar mau membantuku tegak. Seperti bagaimana aku membantu kamu ketika kamu kecil dulu, belajar bagaimana berjalan.

Tolong, bersabarlah terhadapku, jika aku terus mengulang-ulang perkataanku seperti rekaman rusak. AKu harap kamu masih mau mendengarkanku. Tolong jangan tertawakan aku atau bosan mendengarkanku. Apakah kamu ingat ketika kecil saat kamu menginginkan sebuah balon? Kamu mengulang terus ucapanmu sampai kamu mendapatkan apa yang kamu mau… Maafkan juga bauku. Aku berbau seperti orang tua. Tolong jangan paksa aku untuk mandi. Tubuhku lemah. Orang tua gampang sakit kalau mereka kedinginan. Aku harap kamu tidak merasa jijik. Apakah kamu ingat ketika kamu kecil? Aku selalu mengejar kamu karena kamu tidak mau mandi.

Aku harap kamu juga sabar kalau aku bertingkah kekanak-kanakan. Itu semua bagian dari menjadi tua, dan kamu akan tahu ketika kamu tua nanti. Dan jika kamu punya waktu luang, aku harap kita bisa berbincang, bahkan untuk beberapa menit. Aku selalu merasa sendiri dan tidak ada seorang pun untuk bicara. Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaan. Meskipun kamu tidak tertarik dengan ceritaku, tolong luangkan sedikit waktu untukku. Apakah kamu ingat ketika kamu kecil? Aku selalu mendengarkan cerita tentang boneka beruangmu.

Dan ketika saatnya tiba. Aku sakit dan terbaring, aku harap kamu punya kesabaran merawatku. Aku minta maaf. Jika tanpa sengaja ngompol dan membuat berantakan kasur, aku harap kamu bersabar di masa-masa terakhir hidupku. Aku tidak akan bertahan lama…Ketika ajalku tiba, aku harap kamu memegang erat tanganku dan menguatku menghadapi kematian.
Dan jangan khawatir…Ketika aku menghadap Sang Pencipta.. aku akan memmbisikkan di telingaNya, untuk memberkati kamu, karena kamu mencintai Ayah dan Ibumu. Terima kasih banyak atas perhatianmu. Kami mencintai kamu.
Dengan seluruh cinta,
Ayah dan Ibu.

Kita sebagai manusia cenderung pelupa dan memang ditakdirkan demikian. Seringkali kita tidak ingat bagaimana kasih saying orang tua di saat kecil sehingga menganggap biasa berlaku durhaka. Surat di atas juga mengingatkan kita bahwa kita juga akan menjadi tua, bahwa kita tidak akan selamanya muda. Intinya, kita harus mengasihi dan mencintai anak-anak dan orang tua.

No comments: