Translate

Showing posts with label Critical Note. Show all posts
Showing posts with label Critical Note. Show all posts

Thursday, December 13, 2007

Selamatkan Bumi

Guys, tau gak kalo pemanasan global udah kian memprihatinkan. Temperatur rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.

Meningkatnya temperatur global diperkirakan menyebabkan perubahan-perubahan seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan.

Terlalu panjang daftar bahaya akibat pemanasan global untuk diulas di kolom ini. Namun yang pasti kita semua bertanggung jawab terhadap bumi. Soalnya nih, kita ikut memberi kontribusi pada pemanasan global. Ingat aja, dari karbondiaksida yang dikeluarin moto ama mobil lo misalnya. Bakar-bakar ban atau sampah. Segala produk yang lo pake yang notabene buatan pabrik sebagai kontributor terbesar emisi karbondioksida karena menggunakan bahan bakar fosil.

Jangan kira kalo bumi akan seindah ini terus deh kalo pemanasan global kian memprihatinkan. Lo yang berniat berumah tangga, dan punya anak gak bakalan ngasih kualitas hidup yang baik buat anak keturunan lo. Karena diprediksikan tahun 2050, perubahan iklim karena pemanasan global akan berdampak bencana alam dan mewabahnya berbagai penyakit. Apa yang bisa mereka (atau kita kalo masih idup) makan kalo produksi pertanian gagal karena perubahan iklim.

(Published in Singgalang Minggu Dec2, '07)

Monday, December 03, 2007

Bersahabat dengan HIV/AIDS

Awal Desember ini kembali masyarakat sedunia memperingati hari AIDS. Ntu artinya, kita sebagai bagian dari warga global juga kudu ikut apresiatif terhadap peringatan tahunan itu. At least, ngingetin kita kalo ada teman, sahabat atau sodara kita yang barangkali hidup dengan HIV/AIDS. Dan sebagai remaja, kita pun mesti aware soal HIV/AIDS ini. Istilahnya, tak kenal maka terinveksi.

Asal lo tau aja nih, Info terkini nih dari Ditjen PPM dan PL Depkes RI per 31 Maret 2007, kasus HIV dan AIDS di kalangan seusia kamu alias para remaja menunjukkan peningkatan yang signifikan secara kuantitaif. terjadi 242 kasus pada remaja usia 15-19 tahun ditambah 4.884 kasus HIV & AIDS pada remaja usia 20-29 tahun dari 14.628 total kasus HIV & AIDS. Dan di Sumatera Barat sendiri, meski belum ada data tentang jumlah yang pasti, kasus HIV & AIDS yang menimpa remaja bukanlah hal baru. bahkan beberapa diantaranya menimpa siswa sekolah berusia di bawah 19 tahun.


Apa yang terjadi pada para remaja itu tentu bukan salah mereka aja. Salah satu faktor yang mengakibatkan mereka melakukan tindakan beresiko justru karena kurangnya informasi dan keterampilan untuk bertindak berdasarkan pengetahuan. Artinya, dalam kondisi yang alpa tersebut, remaja lebih mudah melakukan hal-hal beresiko HIV & AIDS.


Di tengah ramainya pencitraan yang tidak baik terkait HIV/AIDS, dikhawatirkan remaja menjadi kelompok yang apatis merespon pengetahuan seputar HIV & AIDS. So, perlulah pendekatan nan hangat dan bersahabat menumbuhkan kesadaran pentingnya pengetahuan HIV 7 AIDS dan keterampilan bersikap pada remaja.


Sebagai pembanding aja nih, di negara Thailand yang dulu kasus HIV/AIDS-nya cukup tinggi di dunia, sekarang justru mulai menurun. Pasalnya, masyarakat sana sudah paham betul tengang HIV/AIDS dan bagaimana berlaku dan bersikap terhadap ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Menjauhi ODHA hanya akan memperburuk kasus penyebaran HIV/AIDS. Ibaratnya gini, karena imej negatif kadung lekat pada ODHA, otomatis dong para ODHA gak mau membuka diri dan ogah memeriksakan diri. Di dalam ketidaktahuan mereka, perilaku mereka masih tetap sama padahal mungkin beresiko menularkan pada bukan ODHA.


Nah, persepsi yang kayak gitu tuh yang musti kita hindari. Mulailah bersahabat dengan informasi HIV/AIDS atau dengan ODHA-nya. Sepanjang kita tahu, maka kita makin awas dan bisa menjaga diri. Tul gak??
Yuhendra

Friday, November 23, 2007

Penanganan yang tak Berujung Penyesalan

Kehamilan Pra Nikah

Kini ku tak seperti dulu
Memiliki yang kubanggakan
Sebagai seorang wanita lagi
seutuhnya
Yang hilang sekejap saja

Sebentar saja ke mengenalnya
Tertipu mata dan pesona
Terlena hingga kuserahkan semua untuknya
Hingga ku menyadari

Sesungguhnya aku
Tak pernah mencintainya
Penyesalan kini
Ku harus kuhadapi sendiri

(Penyesalan, Titi DJ)

Silvi,26, tidak pernah menyangka kalau lagu Penyesalan yang dinyanyikan Titi DJ itu menjadi lagu tema hidupnya. Sama seperti makna syair di lagu itu, ia juga telah-dengan naifnya- menyerahkan kesuciannya pada mantan pacarnya. Tidak hanya itu, ketika ia mendapati dirinya telat menstruasi ia dihantui ketakutan teramat sangat atas apa yang harus dan akan ia hadapi.
Meski janin tak diharapkan itu akhirnya tidak tumbuh dan berkembang di rahimnya, toh ia tetap saja menyesali apa yang telah ia perbuat di masa remajanya dulu. Selain kehilangan kegadisan, ia sekarang justru dicekam kekhawatiran kelak tidak bisa memiliki anak karena usaha aborsi yang pernah ia lakukan.
"Jauh dari pantauan orang tua, rasa ingin tahu dan takut kehilangan pacar membutakan saya akan segala resiko yang harus ditanggung. Ketika mengetahui hamil, saya langsung panik. Kemarahan orang tua dan takut dikucilkan dari pergaulan membuat saya kehilangan arah," tutur Silvi penuh sesal mengingat perjalanan nestapa hidupnya enam tahun silam.
Kehilangan keperawanan dan memutuskan aborsi adalah bagian terberat dalam hidup Silvi. Namun dipastikan, ia bukan hanya satu-satunya perempuan yang bernasib sama. Menurut catatan WHO, tahun 2000 saja-saat Silvi memutuskan menggugurkan janin di luar nikahnya itu-ada dua pertiga dari 75 juta perempuan dengan kehamilan tidak diinginkan berakhir tidak di sengaja. Dua puluh juta di antaranya dilakukan secara tidak aman dengan kontribusi 13 persen dan menyebabkan 78 ribu perempuan meninggal setiap tahunnya.
Aborsi memang tidak aman dan selalu menjadi masalah kesehatan pelakunya. Menurut Zumrotin K Susilo pada sebuah seminar pendidikan seks, di Indonesia terdapat 1,5 juta - 2 juta kasus aborsi setiap tahunnya. Dan secara formal, aborsi tidak aman diperkirakan menyumbang 11,1% pada kematian ibu (Majalah Gemari, 2003).
Hamil di luar nikah adalah sesuatu yang jauh dari pikiran para remaja perempuan manapun. Ketakutan dicap sebagai perempuan gampangan, perubahan status yang sendiri menjadi orang tua, serta ketakutan dikucilkan dari lingkungan membuat 'kecelakaan" itu diselesaikan dengan aborsi. Padahal, jalan itu belum tentu menjadi solusi malah sebaliknya justru menimbulkan persoalan baru.
Banyak persoalan susulan yang ditimbulkan oleh aborsi. Jika aborsi yang ditangani secara tidak aman oleh bukan pelaku medis bisa menimbulkan kematian ibu, aborsi yang 'aman' sekalipun menimbulkan dampak yang tidak ringan. Pelaku aborsi cenderung depresi dan stres akibat trauma aborsi. Lihat saja kasus aborsi di Singapura. Di negara itu diperkirakan terdapat 14.000 perempuan yang menggugurkan kandungan setiap tahun. Sementara itu dari berbagai negara, terdapat banyak psikiater dan dokter yang telah menyampaikan pentingnya mewaspadai efek jangka panjang dari aborsi.
Sebuah penelitian terhadap lebih dari 170.000 perempuan California mendapatkan bahwa mereka yang pernah menjalani aborsi berkemungkinan tiga kali lebih banyak untuk bunuh diri(Suara Pembaharuan, 6 April 2003).
Suntingan berita itu tidak menjelaskan usia dan status perkawinan perempuan pelaku aborsinya. Namun bisa dipastikan, jika pelakunya remaja beban psikologis yang dipikul akan lebih berat dibanding mereka yang sudah menikah.
Lebih detail dr.Didik Joko Martopo, Senior Coordinator Pusat Informasi & Layanan Remaja (PILAR) PKBI Jateng di situs ceria, BKKBN menjelaskan ada banyak resiko melakukan Aborsi pada remaja:
1.Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan di kemudian hari setelah menikah.
2.Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau keduanya.
3.Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya dinding rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi, resiko shock sampai resiko kematian ibu dan anak yang dikandungnya.
4.Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada.
Mengingat lebih banyak rugi daripada untung, maka penanganan kehamilan remaja di luar nikah membutuhkan perlakuan yang agak berbeda. Dukungan dari orang tua sebagai individu terdekat dan pasangan untuk tidak menggugurkan kandungan jelas sangat penting. Artinya, ketika kesalahan melakukan seks pra nikah berbuah kehamilan tidak boleh disertai dengan kesalahan berikutnya.
Kita bisa saja belajar dari kesalahan para figur publik yang punya persoalan sama. Kehamilan di luar nikah artis Nana Mirdad yang menghiasi berita di infotainment medio Agustus 2006 silam misalnya. Menyelamatkan janin yang terlanjur tumbuh ditubuhnya menjadi pilihan. Dukungan itu juga dilontarkan Lidya Kandau sang ibu. Dengan nada yang sama, mereka menyiratkan dan sepakat kalau kesalahan tidak harus ditebus dengan kesalahan lainnya. Aborsi jelas bukan penyelesaian dari persoalan yang dihadapi Nana kala itu. Sekarang Nana malah membangun keluarga dengan pasangannya Andrew White.
Dukungan psikologis terhadap remaja yang hamil di luar nikah berperan penting. Apapun keputusannya, toh segala tindakan harus dikonsultasikan, baik itu orang tua maupun ahlinya. Sehingga kesalahan tidak selalu berujung penyesalan. yuhendra

Wednesday, October 31, 2007

Pemuda; Sumpeh Lo?

Inilah waktunya! The day has come, begitu orang bule sana mengistilahkan. Harinya kita, Sumpah Pemuda. Secara nasional, tiap 28 Oktober kita peringati cikal bakalnya komitmennya pemuda dan pemudi untuk tetap bersatu. Cuma pasti ada yang ngeganjel nih. Seberapa paham kita akan makna sumpah pemuda itu.

Buktinya ikrar yang dicetusin para pemuda yang usianya sama kayak kita sekarang pada tahun 1928 dulu itu seakan sebatas seremonial belaka. Upacara bendera, trus habis deh. Inga-inga! remaja tempoe doeloe ntu berikrar kalo bangsa ini bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia dan terakhir berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Keren banget kan? Padahal di jaman itu transportasinya butuh waktu berhari-hari bisa membawa mereka berkumpul, berkirim kabar yang tak secepat mengirim pesan singkat SMS, atau kehadiran bisa tergantikan tele-conference, para jong itu sepakat untuk komit terhadap kesatuan.
Sekarang, 79 tahun berlalu sudah. Jarak tak lagi jadi penghalang, komunikasi bukan suatu hambatan, namun rasa kesatuan bertanah air, berbangsa dan berbahasa tidak terpelihara. Bayangin aja, hari gini tuh tawuran antar sekolah, antar fakultas atau antar kampung justru menjadi realita sosial. Sumpah deh.. yang namanya pemalakan, premanisme di sudut gang justru dijadikan sebagai identitas kelompok.
Rasa cinta tanah air pun patut kita pertanyakan. Di jaman yang sektor industrinya bisa menghasilkan produk lokal berkualitas kita justru saja bangga berbalut produk luar. Sumpah deh... kita jadi bangga ketika badan berbalut Versace, bermake up Dior, berjeans Levi’s. Namun sebaliknya minder pada produk dalam negeri.Percaya gak percaya, rasa kebersamaan dan kesatuan selalu muncul ketika kita dalam kesusahan. Tau ajalah, tahun diikrarkannya Sumpah Pemuda itu kan jamannya penjajahan.
Cuma apa harus ada perang lagi untuk bikin kita bersatu? Apa harus ada banyak yang mati dul bikin kita seiya sekata? Gak kan? Terus kenapa hanya karena persoalan kecil lantas bikin kita terpancingt cakak basamo? Kenapa hanya karena desakan ekonomi kita bikin geng preman? Pliz deh... Kita semestinya perlu merasa sakit ketika kita menyakiti orang lain.Kita juga gak musti nunggu embargo dari Amerika buat kita bisa make barang sendiri. Kita gak musti jadi kere buat make produk lokal. Toh yang lokal tetap punya nilai.Perlu disadari, makna dari Sumpah Pemuda tidak cuma sekedar bhineka tunggal ika.
Di jaman global ini, rasa cinta tanah air dan bangsa harus dipertegas dan jadi identitas. Toh selama ini kita dan nenek moyang kita sudah meraup banyak untung dari Indonesia ini. Selama kita bisa menjaganya, maka akan makin banyak yang bisa kita peroleh.So ketika di antara kita hidup dengan cara berbeda, ketika di antara kita bisa berteman lintas ras dan agama, ketika di antara kita bangga dengan kelokalan kita, atau ada yang ngingetin makna Sumpah Pemuda, gak usah heran bertanya; sumpeh lo?

Tuesday, October 30, 2007

Bukittinggi Busuk

Inilah ironi sebuah kota wisata. Bukittinggi yang dulu terkenal bersih, sejuk dan nyaman dikunjungi sekarang mengalamai penurunan kualitas. Setelah sempat terkendala pembuangan sampah di TPA, wajah Bukittinggi betul-betul semrawut.
Di tiap sudut kota tampak unggukan sampah. Malah, di sekitar tugu Piala Adipura, sampah berserakan hingga sampai ke tengah jalan. Tidak hanya itu, sampah-sampah pun membuat Bukittinggi jadi busuk. Kejadian ini berlangsung pertengahan September 2007.



Foto ini pernah dimuat di harian Singgalang pada 23 september 2007.

Friday, September 21, 2007

Sinetron Ramadan

Sisi Relijius yang Masih Sebatas Kulit

Ibarat jajanan pabukoan yang marak selama Ramadan, sinetron reliji atau sinetron Ramadan pun menjamur di hampir semua stasiun televisi nasional. Ibarat jenis pabukoan yang hampir semua sama, sinetron Ramadan demikian pula. Isinya tak jauh-jauh dari kezaliman tokoh antagonis terhadap tokoh protogonis. Kejahanaman si kaya pada si miskin.

Tipikal sinetron Ramadan yang sedemikain rupa sepertinya sudah dipatenkan. Sejak awal kemunculan sinetron jenis ini (sinetron Doaku Harapanku produksi Multivision dengan pemain Krisdayanti misalnya), tema si jahat terhadap si soleh yang selalu pasrah menjadi seolah trade mark. Hingga Ramadan ini, kisah yang sama tetap mewarnai alur cerita sinteron islami itu.
Boleh dikata sinetron Ramadan sedikit memiliki nilai lebih dibanding sinetron harian.
Setidaknya para aktris udah bisa berkerudung menutupi bagian tubuh mereka yang biasa diumbar tank top. Atau rambut berjeli para aktor yang ditutupi kopiah. Adegan salat dan berdoa menjadi sisipan yang lumayan rutin di tiap episodenya. Plus tentunya akhir cerita yang happy ending dengan kekalahan si jahat dan kembali ke jalan yang benar. Bagaimana dengan sisi cerita yang betul-betul relijius dan humanis? Melihat satu kali episode saja, kita dengan gampang bisa menjawab, belum!
Artinya, sisi islami sinetron Ramadan baru sebatas kulit.Untuk tema cerita seperti ini, malah dibikin sequel di setiap Ramadan. Sinetron Hikmah, dengan bintang Tamara Blezinsky dan Teuku Ryan yang udah main tiga kali Ramadan di judul sinetron tersebut. Hampir sama dengan sinetron Doaku harapanku, tema sentral sinetron ini di tahun pertama adalah kejahatan mertua terhadap si menantu lugu dan miskin. Adegan mata melotot, bisikan hati nan keji dan perdukunan pun menjadi simbolisasi yang tidak logis dan berkesan lucu.

Tidak heran salah seorang bloger mengungkapkan kekecewaanya terhadap sinetron seperti ini di internet. Kapan ya paradigma tentang sinetron ini berubah? Terlebih sinetron spesial Ramadhan. Sinetron macam ini alangkah baiknya jika membawa pesan agama lebih besar daripada telenovelanya, dengan tema yang lebih sederhana.
Zara Zetira, penulis skenarion sinetron Hikmah sendiri mengaku belum puas dengan hasil karayanya di layar kaca. Membalas tanggapan para blogers, ia menuturkan. "Sebagai penulis sayapun merasakan preassure dari pihak lain yang bersangkutan (produser dan stasiun Tv serta hasil survey/rating) Kedengarannya klise , tapi ini bukan excuse. Kenyataannya dunia seni (sinteron) termasuk dalam kategori komoditi dagang (bisnis) yang sulit menjadi independen (murni)," balasnya.
Kisah sinetron Ramadan bak telenovela itu hanya bagian kecil dari bentuk pengaburan nilai-nilai islami yang humanis. Selain tipikal sinetron di atas, sinetron lainnya yang juga layak diperdebatkan adalah sinetron islami dengan unsur mistis dan hal-hal gaib. Biasanya sinetron ini menggambarkan tokoh antagonis yang luar biasa bejatnya. Sehingga di penghujung hayatnya terjadi hal-hal gaib dan kadang mistik.
Menurut Dedy Mizwar, sineas senior Indonesia, sinetron relijius berunsur mistis hanya transformasi dari tontonan mistis di era sebelumnya. 'Kalau dulu ada sinetron mistis, sekarang masih-mistis tapi dengan bumbu relijius," jelasnya, ketika mendapat penghargaan dari SCTV dua tahun silam.
"Memang ada ustadz, mereka bicara kebenaran. Tapi porsinya masih sangat sedikit," imbuhnya. Deddy menyatakan bahwa dirinya tidak mau ikut-ikutan seperti itu. "Karena saya tidak pernah hadir di majelis jin, dan saya tidak mau membuat hal-hal yang saya tidak tahu," jelasnya seraya menegaskan bahwa urusan kita tidak hanya soal jin dan mistik saja. Siapapun tidak bisa memastikan kapan sinetron bertema reliji Islam tetap seperti itu. Selama penentu tayangan bernama rating tetap jadi panduan, tidak mustahil ini akan berkepanjangan. Kecuali pemirsa sadar dibodohi dan berhenti menonton tayangan konyol tersebut.
yuhendra dari berbagai sumber

Monday, September 10, 2007

ciuMAN YanG Makin TerbiASA


Richard Gere tentunya gak pernah nyangka kalo satu ciuman di pipi yang diberikannya pada artis India di pertengahan April silam ternyata berbuntut panjang dan tidak mengenakan. Ciuman yang dianggap biasa di negeranya barat sana malah sempat akan menyeretnya ke jalur hukum dan meruntuhkan reputasinya. Bahkan kampanye “Waspada AIDS” yang diimbaunya di negara India saat itu kalah berita dibanding kasus ciuman itu.

Sedemikian tabukah ciuman di negara Sungai Gangga itu? Jawabannya, positif ya! Perhatikan saja film-film yang mereka ekspor ke berbagai negara, tidak satu pun ada adegan ciuman di sana. Terlepas dari goyangan syur dan pakaian terbukanya, adegan mesra antara aktor pria dan wanita disimbolisasikan dengan pendekatan adu pipi dan gerakan “hampir mencium” saja.

Coba bandingin ama beberapa adegan sinetron dan film kita. Di negara yang juga berkultur adat timur ini, adegan ciuman berseliweran setiap waktu. Tidak cuma sekedar ciuman di pipi, tapi ciuman di bibir hingga french kiss. Contoh ironis sekaligus pemicunya, adegan penutup di film Ada Apa dengan Cinta. Eit.. tapi sebelumnya sejak adanya film di tanah air, adegan adu bibir juga sempat nongol di beberapa scene.

Yang bikin miris, di sinetron bertema relijius sekalipun penyisipan adegan cium pipi dan bibir juga ada. Logikanya di mana gitu loh. Masak untuk menampilkan pesan moral harus ditunjukin dulu cara berbuat dosa itu gimana. Gak harus kan?Nah, gimana moral remaja kita gak bakalan bobrok kalo sehari-hari mata dicekokin dengan adegan seperti itu. Karena terbiasa, kita pun dengan mudahnya menyaksikan adegan mengarah mesum itu di ruang nyata,. Di pojok-pojok dan sudut remang-remang, di pinggir laut, di balik pohon taman kota, di pinggir jalan dalam mobil, dan berbagai tempat umum lainnya mudah terlihat siluet dua kepala sedang ciuman. Najis banget deh ih...!

Parahnya selebritis kita pun dengan tidak malu-malu lagi mempertunjukkan kemesraan mereka di depan publik. Baru-baru ini Bunga Citra Lestari sebagai contoh yang dengan santainya menjawab kalau cipokoan antara ia dengan pacarnya yang berhasil ditangkap kamera media di Bali gak perlu dipersoalkan. Atau beberapa artis yang tetap dengan senyum bangga menjustifikasi foto porno mereka di internet.

Emang gak ada aturan tertulis dilarang ciuman di depan umum. Namun ukan berarti norma masyarakat itu gak semudah itu dilanggar. Artinya harus ada upaya-upaya untuk mempertahankan nilai-nilai dan norma agama di tengah masyarakat. Salah satunya tidak membiarkan adegan seperti itu tayang di layar kaca dan layar lebar, atau media apalah itu.Kalo sekarang ciuman di depan umum udah mulai dianggap biasa dan gak lagi tabu, bisa jadi yang lebih dari itu bakal dianggap biasa pula. Please deh... jangan sampai nanti ada adegan XXX di pinggir jalan dong guys!!.
(Publicized on Singgalang Minggu, September 9, 2007)