Translate

Wednesday, October 31, 2007

Pemuda; Sumpeh Lo?

Inilah waktunya! The day has come, begitu orang bule sana mengistilahkan. Harinya kita, Sumpah Pemuda. Secara nasional, tiap 28 Oktober kita peringati cikal bakalnya komitmennya pemuda dan pemudi untuk tetap bersatu. Cuma pasti ada yang ngeganjel nih. Seberapa paham kita akan makna sumpah pemuda itu.

Buktinya ikrar yang dicetusin para pemuda yang usianya sama kayak kita sekarang pada tahun 1928 dulu itu seakan sebatas seremonial belaka. Upacara bendera, trus habis deh. Inga-inga! remaja tempoe doeloe ntu berikrar kalo bangsa ini bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia dan terakhir berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Keren banget kan? Padahal di jaman itu transportasinya butuh waktu berhari-hari bisa membawa mereka berkumpul, berkirim kabar yang tak secepat mengirim pesan singkat SMS, atau kehadiran bisa tergantikan tele-conference, para jong itu sepakat untuk komit terhadap kesatuan.
Sekarang, 79 tahun berlalu sudah. Jarak tak lagi jadi penghalang, komunikasi bukan suatu hambatan, namun rasa kesatuan bertanah air, berbangsa dan berbahasa tidak terpelihara. Bayangin aja, hari gini tuh tawuran antar sekolah, antar fakultas atau antar kampung justru menjadi realita sosial. Sumpah deh.. yang namanya pemalakan, premanisme di sudut gang justru dijadikan sebagai identitas kelompok.
Rasa cinta tanah air pun patut kita pertanyakan. Di jaman yang sektor industrinya bisa menghasilkan produk lokal berkualitas kita justru saja bangga berbalut produk luar. Sumpah deh... kita jadi bangga ketika badan berbalut Versace, bermake up Dior, berjeans Levi’s. Namun sebaliknya minder pada produk dalam negeri.Percaya gak percaya, rasa kebersamaan dan kesatuan selalu muncul ketika kita dalam kesusahan. Tau ajalah, tahun diikrarkannya Sumpah Pemuda itu kan jamannya penjajahan.
Cuma apa harus ada perang lagi untuk bikin kita bersatu? Apa harus ada banyak yang mati dul bikin kita seiya sekata? Gak kan? Terus kenapa hanya karena persoalan kecil lantas bikin kita terpancingt cakak basamo? Kenapa hanya karena desakan ekonomi kita bikin geng preman? Pliz deh... Kita semestinya perlu merasa sakit ketika kita menyakiti orang lain.Kita juga gak musti nunggu embargo dari Amerika buat kita bisa make barang sendiri. Kita gak musti jadi kere buat make produk lokal. Toh yang lokal tetap punya nilai.Perlu disadari, makna dari Sumpah Pemuda tidak cuma sekedar bhineka tunggal ika.
Di jaman global ini, rasa cinta tanah air dan bangsa harus dipertegas dan jadi identitas. Toh selama ini kita dan nenek moyang kita sudah meraup banyak untung dari Indonesia ini. Selama kita bisa menjaganya, maka akan makin banyak yang bisa kita peroleh.So ketika di antara kita hidup dengan cara berbeda, ketika di antara kita bisa berteman lintas ras dan agama, ketika di antara kita bangga dengan kelokalan kita, atau ada yang ngingetin makna Sumpah Pemuda, gak usah heran bertanya; sumpeh lo?

No comments: