“Mudah-mudahan bisa buka puasa dan sahur bareng
kamu, yank. Kabulkan ya Tuhan” demikian kalimat yang dijadikan status oleh
seorang teman facebook saya. Saya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan
kepala. Sebuah postingan yang yang mengada-ada dan tidak pada tempatnya.
Bukan apa-apa, selain mengetahui kalau si teman
itu masih mahasiswi dan berstatus lajang, kok berani-beraninya dia memohon pada
Tuhan hal yang tidak-tidak. Bagaimana “tidak-tidak”, sudah jelas bulan puasa
waktunya untuk ibadah, ini malah mikirin buka puasa bareng dan sahur bersama
yang mendatangkan persepsi negatif.
Tidak ada salahnya kalau buka puasa sama-sama,
tapi kalau sahur bersama? Jelas ini akan jadi suatu pertanyaan besar. Mungkin
aja kalau memang teman yang masih kuliahan itu pacarnya bersedia datang sebelum
imsak ke rumahnya. Atau jangan-jangan pacarnya adalah hansip yang memang
kerjaanya ronda di sekitar rumah dia. Tapi apa iya segitunya? Parahnya justru
postingan itu malah mengarah tinggal satu atap, sehingga betul-betul bisa buka
puasa dan sahur bersama. Nauzubillah gak tuh!
Nah ada lagi cerita lainnya. Masih postingan di
facebook. Seorang teman yang jelas-jelas menunjukkan orientasi penyuka sesama
jenis menuliskan sebuah status, “Ya Allah, lindungi ayank jojoku. Pengen puasa
bareng ayank”. Nauzubillah lagi deh…
Kita jadi mulai berfikir, dunia makin tua dan manusianya
makin gila. Orang makin banyak mengaburkan antara hak dan yang bathil. Sehingga
untuk perbuatan yang mungkar pun mereka memohon doa pada Tuhan. Nah, berkaitan
dengan dimulainya Ramadan besok, pengaburan itupun makin menjadi-jadi. Begitu
banyak perbuatan yang dilarang agama justru disamarkan dengan unsur keagamaan.
Baru aja Ramadan dimulai, dengan alasan
menyucikan diri, banyak juga yang pergi balimau sama-sama. Mandi yang
seharusnya pisah jarak dan tempat antara cowok dan cewek justru disatukan. Buka puasa bersama yang semestinya
mendatangkan pahala justru mendapat dosa. Gimana nggak, buka puasanya mesan
tempat di restoran. Setelah nunggu makanan dan bedug Magrib sekian lama,
seluruh hidangan dihajar sampai habis. Akibatnya, hal yang wajib, yakni salat
Magrib justru tertunda atau malah lewat. Demikian pula halnya dengan Subuh.
Ketika imsak datang dan segala hawa
nafsu mesti ditahan, eeeh.. malah berasmara subuh. Nah, bukannya bikin pahala
malah bikin dosa aja kan.
Banyak di antara umat Islam yang barangkali
alpa akan hakikat puasa. Puasa yang disyari'atkan tidak hanya
semata-mata menahan dari makan dan minum serta syahwat (jima’) saja. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mengancam dengan ancaman yang keras bagi yang melakukan
perbuatan tercela: "Banyak orang yang berpuasa di mana bagian dari
puasanya hanyalah rasa lapar dan dahaga". (H.R. Ibnu Majah dengan sanad
yang shahih). Ini tentunya bagi
orang yang hanya berpuasa dari makan, minum dan jima' tapi dia masih terus
melakukan berbagai kemaksiatan baik dari matanya, lisannya, tangannya, kakinya
ataupun hatinya, sehingga dia hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja dari
puasanya tersebut. Tidak ada
nilai ibadah di dalamnya. Nol besar hasilnya.
Well, postingan di facebook mungkin baru berupa
niatan atau candaan. Namun, kita tentunya tidak bisa berdusta dengan hati. Meski
lewat lisan dan tulisan kita berdalih sehingga mengaburkan hak dan yang bathil,
namun hati sendiri tidak bisa didustai. Mulailah saja berjelas-jelas dengan
kebaikan dan kemungkaran. Dan mulai di bulan Ramadan kali ini, kita tinggalkan
saja kemungkaran dan lakukan saja kebaikan. Mudah-mudahan ibadah di bulan
Ramadan akan menjadikan kita pribadi yang suci dan tawakal.
No comments:
Post a Comment