Translate

Monday, May 28, 2012

Ketika Puasa Tiba


“Mudah-mudahan bisa buka puasa dan sahur bareng kamu, yank. Kabulkan ya Tuhan” demikian kalimat yang dijadikan status oleh seorang teman facebook saya. Saya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala. Sebuah postingan yang yang mengada-ada dan tidak pada tempatnya.
Bukan apa-apa, selain mengetahui kalau si teman itu masih mahasiswi dan berstatus lajang, kok berani-beraninya dia memohon pada Tuhan hal yang tidak-tidak. Bagaimana “tidak-tidak”, sudah jelas bulan puasa waktunya untuk ibadah, ini malah mikirin buka puasa bareng dan sahur bersama yang mendatangkan persepsi negatif.
Tidak ada salahnya kalau buka puasa sama-sama, tapi kalau sahur bersama? Jelas ini akan jadi suatu pertanyaan besar. Mungkin aja kalau memang teman yang masih kuliahan itu pacarnya bersedia datang sebelum imsak ke rumahnya. Atau jangan-jangan pacarnya adalah hansip yang memang kerjaanya ronda di sekitar rumah dia. Tapi apa iya segitunya? Parahnya justru postingan itu malah mengarah tinggal satu atap, sehingga betul-betul bisa buka puasa dan sahur bersama. Nauzubillah gak tuh!
Nah ada lagi cerita lainnya. Masih postingan di facebook. Seorang teman yang jelas-jelas menunjukkan orientasi penyuka sesama jenis menuliskan sebuah status, “Ya Allah, lindungi ayank jojoku. Pengen puasa bareng ayank”. Nauzubillah lagi deh…
Kita jadi mulai berfikir, dunia makin tua dan manusianya makin gila. Orang makin banyak mengaburkan antara hak dan yang bathil. Sehingga untuk perbuatan yang mungkar pun mereka memohon doa pada Tuhan. Nah, berkaitan dengan dimulainya Ramadan besok, pengaburan itupun makin menjadi-jadi. Begitu banyak perbuatan yang dilarang agama justru disamarkan dengan unsur keagamaan.
Baru aja Ramadan dimulai, dengan alasan menyucikan diri, banyak juga yang pergi balimau sama-sama. Mandi yang seharusnya pisah jarak dan tempat antara cowok dan cewek justru  disatukan. Buka puasa bersama yang semestinya mendatangkan pahala justru mendapat dosa. Gimana nggak, buka puasanya mesan tempat di restoran. Setelah nunggu makanan dan bedug Magrib sekian lama, seluruh hidangan dihajar sampai habis. Akibatnya, hal yang wajib, yakni salat Magrib justru tertunda atau malah lewat. Demikian pula halnya dengan Subuh. Ketika imsak datang  dan segala hawa nafsu mesti ditahan, eeeh.. malah berasmara subuh. Nah, bukannya bikin pahala malah bikin dosa aja kan.
Banyak di antara umat Islam yang barangkali alpa akan hakikat puasa. Puasa yang disyari'atkan tidak hanya semata-mata menahan dari makan dan minum serta syahwat (jima’) saja. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengancam dengan ancaman yang keras bagi yang melakukan perbuatan tercela: "Banyak orang yang berpuasa di mana bagian dari puasanya hanyalah rasa lapar dan dahaga". (H.R. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih). Ini tentunya bagi orang yang hanya berpuasa dari makan, minum dan jima' tapi dia masih terus melakukan berbagai kemaksiatan baik dari matanya, lisannya, tangannya, kakinya ataupun hatinya, sehingga dia hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja dari puasanya tersebut. Tidak ada nilai ibadah di dalamnya. Nol besar hasilnya.
Well, postingan di facebook mungkin baru berupa niatan atau candaan. Namun, kita tentunya tidak bisa berdusta dengan hati. Meski lewat lisan dan tulisan kita berdalih sehingga mengaburkan hak dan yang bathil, namun hati sendiri tidak bisa didustai. Mulailah saja berjelas-jelas dengan kebaikan dan kemungkaran. Dan mulai di bulan Ramadan kali ini, kita tinggalkan saja kemungkaran dan lakukan saja kebaikan. Mudah-mudahan ibadah di bulan Ramadan akan menjadikan kita pribadi yang suci dan tawakal.

No comments: