Translate

Monday, October 29, 2012

Dosen Norak



Ada kisah tentang mahasiswi semester akhir yang akan menghadapi ujian seminar proposal. Jamaknya mahasiswa yang akan menghadapi sidang dengan dosen pembimbing dan penguji, banyak yang harus dia persiapkan. Jauh-jauh hari sebelum hari H, dia sudah sibuk dengan bahan presentasi power point, mental, buku-buku dan malam sebelum seminar menyiapkan makanan.
Makanan? Yah, ternyata selain materi outline skripsinya, sang mahasiswi diharuskan juga untuk menyajikan aneka makanan dan cemilan bagi dosen penguji dan pembimbingnya. Berbagai jenis makanan ia bawa bersama teman-temannya, untuk mengganjal perut penguji yang mungkin lapar saat seminar berlangsung.
Cemilan yang sudah disiapkan saja ternyata belum cukup. Kepada para dosen yg terlibat dalam seminar diberikan menu dan catatan berupa pesanan makanan. Maka, saat si dosen-dosen yang usianya relatif muda, meminta makanan di luar yang disiapkan, para mahasiswi tersebut harus pontang-panting nyari makanan ke pasar untuk memenuhi pesanan dosen-dosen itu. Bukan apa-apa, takut akan berpengaruh ke nilai nantinya.
Memenuhi kehendak si dosen bagi para mahasiswa/i adalah kewajiban. Terlepas dari ikhlas atau nggak-nya, ada rasa ketakutan jika kehendap tak terpenuhi nilai akan tidak penuh pula. Namun bagi sang dosen meminta sesuatu berlebihan di luar substansi pendidikan yang akan memberatkan adalah norak dan kampungan.
Saya jadi tidak habis pikir dari mana para dosen itu mendapat ide mengerjai mahasiswa mereka. Diberikan sesajen makanan aja sudah baik, tapi meminta lebih dari apa yang diberikan itu sudah kelewatan.
Perilaku meminta-minta karena berada dalam posisi mengendalikan adalah hal yang tidak pantas. Makin tidak pantas dilakukan oleh orang yang seharusnya mengajar kebaikan, tokoh yang seharusnya menunjukkan sikap anti minta-minta.
Sungguh ironi dunia pendidikan kita. Ada dosen dan pengajar justru tidak lagi menjadi contoh teladan. Akibatnya, yang menjadi tiruan hanyalah perilaku korup yang terus mengakar.
Tujuan tulisan kali ini bukan membahas keburukan dosen atau orang-orang yang ada di sekitar kita. Sebagai remaja dan mahasiswa, yang merasakan langsung adanya ketidakadilan, ketimpangan dan tekanan dari lingkungan, semestinya menyadarkan kita untuk berbuat lebih baik. Jangan sampai ketika kita ada kesempatan, kita justru ikut tenggelam kebobrokan yang sama.
Sudah cukup lama negara ini berada di rantai lingkaran setan perlaku yang tidak berintegritas dan beretika. Dan di masa kitalah rantai itu harus diputuskan. Entah itu kamu jadi dosen atau apapun nanti.

No comments: