Translate

Monday, October 29, 2012

Konflik Internal



Seorang mahasiswa di FB mengeluhkan kondisi keluarganya. Dia ngomel-ngomel sendiri karena hubungan keluarga yang tidak akur. Sering ribut mengakibatkan atmosfir rumah jadi panas.
Lain lagi cerita seorang teman saya yang juga punya masalah keluarga. Maktuo teman saya itu selalu merecoki keluarga ibunya. Semua yang dilakukan ibunya selalu salah. Padahal sebagai adik, ibunya sudah banyak membantu keluarga maktuonya yang relatif kekurangan. Tidak sampai di situ, semua sepupunya juga ikut-ikutan memusuhi ibunya dan dia. Padahal, sepupu-sepupunya itu dibiayai sekolah oleh ibu teman saya tersebut. Sifat iri dan dengki selalu saja ditunjukkan oleh maktuo dan anak-anaknya itu.
Persoalan keluarga memang rumit. Tidak dipungkiri, ada yang mengalami kondisi demikian. Saling bersaudara justru saling cemburu dan memusihi. Tidak sedikit pula persoalan orang tua merembes pada anak-anaknya.
Guys, sebagai orang yang berpendidikan dan bersekolah semestinya kita bisa mengambil sikap dalam konflik keluarga. Sekolah memang tidak memberikan didikan moral secara penuh, namun dari sekolah kita bisa berfikir lebih bijak dan luas. Sekolah bisa membantu melihat persoalan keluarga dari berbagai sudut. Nah, apalagi kalau sudah kuliahan. Tentunya, cara berfikir dan bersikap semestinya jauh lebih bijak dan cerdas.
Cukup dilematis memang kalau mengambil keputusan dalam konflik keluarga. Memihak pada salah satu tentunya akan melukai yang. Dan tidak memihak justru akan membuat kita terkesan tidak acuh. Lagian, siapa pula yang bisa menghindar dari konflik internal keluarga.
Nah, kebijaksanaan sebagai orang yang berpendidikan jelas dituntut di sini. Seperti disebut di atas, orang yang berpendidikan tentunya tidak berpikiran sempit. Berada di tengah-tengah konflik dan menjadi pemecah masalah adalah sikap yang semestinya diakukan. Sebagai orang berpendidikan bukan semestinya kita membuat masalah malah semakin rumit.
Ingat, kita diserahkan sekolah atau kuliah oleh orang tua tentunya untuk bisa bersikap bijak. Nah, kalau orang tua, saudara atau siapapun di keluarga salah, tentunya kita bisa dengan bijak mengatakan salah. Bukan sebaliknya memihak meski kita sadar bahwa sikap orang terdekat kita salah.
Kalau kita bisa baik di keluarga, tentunya kita bisa juga baik dengan orang lain di luar sana. Bukan sebaliknya, dekat dengan orang lain, tapi renggang dengan keluarga.

No comments: