Translate

Friday, January 18, 2013

Teman yang Menikam


Kejadian beberapa waktu lalu mengajarkan pada saya bahwa tidak semestinya terlalu percaya pada setiap orang bahkan pada mereka yang menyebut dirinya teman. Orang yang selama ini saya anggap teman dan semestinya ikut bangga dan mendukung keberhasilan saya, justru berusaha membenamkan dan mengikis bibit baik yang telah saya tanam.
Pada suatu grup di mana saya pernah bergabung, saya mendapatkan pelajaran berharga itu. Sebagai orang yang berdedikasi saya pernah membesarkan nama kelompok hingga menjadi berbeda dibanding kelompok sejenis lainnya. Saya berusaha menanamkan perilaku yang saling menguatkan antar teman. Di luar itu, kepada individu tertentu di dalamnya saya membagi apa yang bisa saya bagi, termasuk kesempatan mengembangkan diri dalam lingkup yang lebih profesional.
Hingga pada akhirnya, setelah tidak ada kedudukan dalam grup itu lagi, saya disingkirkan. Ironisnya kejadian itu justru berlaku di saat saya sedang membutuhkan dukungan organisasi untuk mempromosikan pencapaian saya. Rencana peran serta saya dalam kegiatan itu digantikan tanpa ada pembicaraan, tanpa pemberitahuan. Saya yang terlanjur berharap, hanya ternganga menghadapi kenyataan dan bertanya, "Apa hasil bibit kebaikan dan dedikasi yang saya tanamkan selama ini?" Saya makin tidak percaya pengenyampingan itu dilakukan oleh orang-orang yang selama ini saya anggap sebagai teman.
Persoalannya bukan pada peran yang digantikan, melainkan etika berteman dan berorganisasi. Semestinya keputusan pergantian peran dibicarakan pada saya, mengingat untuk peran ini sudah saya dengung-dengungkan di jauh hari. Sayang, teman saya yang kebetulan memegang kuasa justru ingin membuktikan kuasanya bahwa saya bukan lagi seorang pengambil keputusan. Niat promosi pencapaian yang semestinya membanggakan diri dan grup itu batal. Saya sepertinya harus tahu diri.
Tulisan kali ini bukan hanya curhatan. Tapi saya sangat percaya bahwasanya, di luar sana, pasti ada teman yang kecewa karena temannya. Teman yang seharusnya menjadi sandaran, justru membenamkan dan menikam. Versi ceritanya pun dipastikan beragam, tidak hanya dalam urusan organisasi melainkan dalam hubungan pribadi.
Meski tidak semua teman menganggap dirinya pantas disebut teman, bukan berarti kita harus berhenti membagi kebaikan pada teman. Tidak berarti pula kita tidak harus percaya pada teman atau bahkan tidak berteman dengan siapa saja. Kita juga tidak bisa hidup sendiri kan?
Pepatah "jangan jatuh pada lobang yang sama" sah-sah saja diterapkan. Cuma dalam konteks ini, kita jangan sampai ditikam oleh teman yang sama. Bukankah di luar sana juga masih banyak orang baik dan tulus. Nah pada merekalah seharusnya kita menjadikan teman.

No comments: