Translate

Monday, October 29, 2012

Terbelakang

Pertengahan pekan lalu saya diundang sebagai pembicara untuk sebuah seminar kecil-kecilan yang diadain mahasiswa. Tema yang ditawarkan pada saya cukup bersahaja; “Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) Berbasis Pancasila”. Hari gini, ternyata masih aja ada mahasiswa yang ingat Pancasila. Awalnya saya pikir, ini bakalan menguras memori saya tentang pelajaran Pancasila waktu SD. Tapi untunglah soal pengembangan SDM sudah menjadi makanan saya.


Jadwal seminar seperti yang dikonfirmasi mulai pukul 08.00 – 10.00. Seperti biasa, kalau sudah dijanjikan saya datang sedikit lebih awal, atau tepat waktu. Tapi apa? Hasil buru-buru datang ke lokasi seminar ternyata hanya membuahkan kekecewaan. Belum ada satu pun mahasiswa yang hadir, tidak satu pun, termasuk panitianya. Dan hari itu saya akan bicara soal sumber daya manusia.



Mungkin inilah kelemahan kita selama ini. Kalo kita perhatiin, persoalan bangsa ini bersumber dari diri pribadi. Gak perlu nyalahin pemerintah melulu. Well, pemerintah dengan oknum pejabat-pejabat bejat emang punya kesalahan pada satu sisi, namun bangsa ini sebagai pribadi juga punya kesalahan. Dan kehadiran saya yang tidak menemui satu mahasiswa pun pada jam yang telah ditentukan adalah bukti dari kesalahan itu.



Mungkin agak sedikit nyombong kalau perbandingan saya terlalu sering pada negara-negara maju, karena pernah punya pengalaman ke luar negeri. Tapi kenyataannya memang kita harus meniru individu-individu di negara maju tersebut. Kalau tidak, yah kita akan terus terbelakang. Namun yang perlu dicamkan disini adalah, meniru perilaku yang sesuai dengan moral dan akhlak. Yah, saya pikir, moral dan akhlak juga gak bertentangan dengan Pancasila bukan?



Bangsa ini tertinggal karena banyak yang kurang beretika dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa ini juga tidak memiliki integritas dan kejujuran. Lihat saja bagaimana banyak kasus korupsi dari pejabat tinggi hingga rendah. Lebih parahnya, sebagai pribadi banyak kita jumpai orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Tidak hanya sampai di situ, bangsa ini kadang juga seenaknya, suka mengabaikan aturan dan hukum masyarakat sehingga tidak menghormati hak orang lain. 



Tarok lah kebobrokan beberapa aparat penegak hukum dan pejabat sedemikian terang benderangnya, tapi masyarakat juga tidak bersih-bersih amat. Yang mahasiswa kabur dari kelas, remaja ngebut-ngebutan di jalanan, orang bermobil yang seenaknya buang sisa makanan ke jalan, dan masih banyak lagi contoh kecil lainnya.
Hal-hal tidak beradab demikian, Alhamdulillah sangat jarang saya temui ketika tinggal di Eropa dulu. Padahal, masyarakat kulit putih sana banyak yang tidak beragama bahkan tidak percaya dengan Tuhan. Bandingkan dengan bangsa kita yang katanya beradap, sopan santun, berbudaya timur dan beragama! 



Kita tinggal di negara yang katanya kaya dengan sumber daya alam, jamrudnya khatulistiwa. Tapi lihatlah apa yang diperoleh oleh banyak orang di dalamnya. Kemiskinan, kesengsaraan dan penderitaan. Kekayaan hanya dimiliki segelintir kaum saja. 


Bangsa ini bisa maju, bahkan lebih maju daripada negara-negara maju saat ini. Sepanjang kita bisa menyingkirkan kelemahan kita dengan sumber daya yang tidak hanya mementingkan diri sendiri atau kelompok. Sumber daya manusia yang juga menjunjung tinggi hak manusia lainnya. Kapan? Kita yang menentukan.

No comments: