Translate

Monday, October 29, 2012

Menuai Nilai Anjlok


Dua minggu belakangan nomor ponsel saya sering berdering. Bagi orang sekeliling, sekilas saya mendadak seperti orang yang super sibuk dan dicari-cari. Padahal seringnya telepon genggam itu berbunyi akibat benih yang saya tanam. Tapi persisnya benih mahasiswa yang saya tanam. Setelah mereka menuainya, barulah mereka kalang kabut. Telepon itu adalah telepon keluhan dan pertanyaan tentang nilai mereka yang rendah.

Pada dasarnya, saya bukanlah tipikal dosen yang pelit memberi nilai. Malah cenderung baik hati dan tidak tegaan. Mengingat pengalaman sebagai mahasiswa dulu, rasanya mendapatkan nilai rendah itu sangat mengecewakan. Terbayang bagaimana memaksakan mata terus terbuka di mata kuliah yang membosankan, berusaha berbaik-baik dengan dosen, trus datang di segala kondisi cuaca dan berbagai tantangan lainnya.

Saya tidak mengatakan mata kuliah saya, dan saya tentunya, membosankan. Malah dari antusias sebagian besar isi kelas, bisa dikatakan mereka merasa nyaman. Namun, di situlah bedanya. Mahasiswa sekarang tidak seperti mahasiswa dulu. Dan saya sangat mengerti itu. Selain kritis, seperti mau bertanya mengapa nilainya rendah, mereka lebih santai bahkan cenderung acuh. 

Dari beberapa kali pantauan, kehadiran mahasiswa hanya untuk memenuhi isi absen saja. Akibatnya, ketika berada di dalam kelas mereka jadi tidak fokus. Maota-ota dengan sesama mahasiswa, melamun, atau bermain gadget. Ketika diberikan tugas, tugas pun tidak dikerjakan sepenuh hati. Hanya sekedar memenuhi syarat. Ironisnya, kecanggihan teknologi yang bisa membantu justru dipergunakan untuk berbuat curang dalam mengerjakan tugas; dengan menjiplak kerja orang lain dari media internet.
Semestinya, kuliah sekarang lebih gampang. Selain dosen-dosen yang lebih berwawasan terbuka sehingga jarang sekali menemukan dosen killer dan jutek, teknologi pun bisa menunjang mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya. Namun gampang bukan berarti menggampangkan. Memandang remeh tugas dan bersikap santai bukanlah pribadi semestinya seorang mahasiswa. 

Ada yang perlu diperhatikan menjadi seorang mahasiswa. Perilaku semestinya bukan lagi perilaku seperti seorang siswa. Gaya boleh santai, namun menghadapi semua mata kuliah harusnya serius. Tidak dipungkiri, ada satu atau dua mata kuliah yang tak disuka, namun sudah menjadi tugas sang mahasiswa untuk mengantisipasi rasa tidak suka berpengaruh pada nilai akhir. Kewajiban mahasiswa untuk tetap bersungguh-sungguh terlepas dari rasa suka dan tidak suka.

Kalau masih memperturutkan rasa suka dan tidak suka, bergaya hura-hura seperti semasa SMA, atau santai-santai saja dan mengerjakan tugas dan ujian ala kadarnya, jangan kecewa kalau akhirnya nilainya tidak membawa gembira. Karean, apa yang kita tuai adalah hasil dari yang kita tabur.

No comments: