Pertengahan pekan ini, dua orang tua yang saya silau karena penyakit.
Yang satu terduduk lunglai di lantai rumahnya yang satu lagi terbaring
lemah tak berdaya tidak tahu siapa-siapa. Dua-duanya sakit karena
dimakan usia.
Dua orang yang adalah mamak saya itu terlihat tidak
terlihat seperti yang tinggal di benak saya dulu. Terakhir bertemu, dua
atau tiga tahun lalu, mereka masih terlihat masih kuat dan tegar. Saat
itu masih tampak sisa ketampanan yang pernah singgah di masa mudanya,
walau kelihatan sedikit keletihan karena umur yang mulai berkurang.
Seiring berjalannya waktu, fisik mereka ikut rontok terpahat,
menampakkan tulang-tulang penopang tubuh nan semakin ringkih.
Betapa
kejamnya waktu. Tidak satupun manusia yang luput dari kekuatannya
merontokkan sendi-sendi, mengikis otot-otot yang menjadi penanda
kemudaan. Kemudaan siapa saja.
Coba sign in ke facebook, dan
perhatikan wajah-wajah teman lama yang sudah lama tak bersua. Mereka
yang dulu cantik dan gagah mungkin tidak semenarik dulu lagi. Mereka
yang dulu jadi idola di sekolah, kini terlihat biasa-biasa saja. Dan
bukalah album foto lama, betapa berbedanya kita tidak semuda dulu lagi.
Demi
masa, tidak ada seorang pun yang akan luput dimakan usia. Lantas untuk
apa sombong dan membangga-banggakan keindahan fisik yang sebentar lagi
juga akan lekang oleh kejamnya waktu?
Saya hanya tertawa dalam
hati melihat mahasiswa saya yang bangga akan penampilan fisik atau
tampilan luar. Sesekali lancang juga mulut ini mengingatkan mereka bahwa
tampilan fisik bukan utama. Cantik dan tampan dari dalam tentu akan
lebih mempesona.
Dan bukan hanya itu, bagaimana pentingnya
memanfaatkan waktu di usia muda untuk berbuat kebaikan. Baik untuk diri
sendiri dan baik pula untuk orang lain. Karena ketika waktunya tiba,
fisik yang elok sekarang hanya akan menghilang. Ketika waktunya tiba,
hanya budi baik yang akan akan terus dikenang.
1 comment:
you are invited to follow my blog
Post a Comment