Translate

Thursday, January 24, 2013

Mediasi Tawuran

Peristiwa tawuran yang terjadi seminggu lalu di Jakarta antar siswa SMA kembali mengurai kisah sedih. Seorang siswa tewas. Ironisnya, siswa yg tewas itu bukanlah siswa yang terlibat langsung perkelahian antar siswa tersebut.Perkelahian antar mahasiswa bagaimanapun ceritanya akan selalu berujung begitu. Kepedihan, kesakitan, duka, kerugian materi, korban luka, bahkan korban jiwa. Namun begitu, tetap saja 'cakak banyak' antar remaja itu berulang kali terjadi. Tidak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lainnya termasuk di kota-kota di provinsi ini. Parahnya, tawuran sekarang kian brutal.

Pertanyaan pun muncul. Ada apa dengan generasi muda, dan ada apa dengan bangsa kita? Mengingat tawuran tidak hanya di kalangan remaja atau anak sekolahan saja. Tawuran antar mahasiswa dan perkelahian antar warga turut mencoreng kehidupan kita sebagai bangsa yang beradab.

Saya hanya bisa tersenyum mendengar komentar banyak orang yang menyalahkan kelemahan sekolah yang tidak mengajarkan pendidikan moral. Betapa gampangnya kita mencari kambing hitam. Padahal, persoalan moral bukan hanya tanggung jawab sekolah. Kita tahu itu.

Guru di sekolah sudah begitu disibukkan dengan tuntutan sistem pendidikan yang makin tidak rasional. Siswa harus lulus ujian negara. Bukan hanya guru yang pontang-panting meningkatkan metoda mengajar, siswa pun sangat sibuk dengan berbagai pelajaran tambahan dan kursus. Bagaimana tidak, ini akan menyangkut kualitas sekolah, kredibilitas pengajar dan dana bantuan sekolah.

Persoalan moral makin terabaikan ketika orang tua juga yerlau sibuk dengan pekerjaan yang katanya demi pendidikan anak. Semestinya kita harus kembali disadarka bahwa porsi terbesar pendidikan moral itu berasal dari keluarga dan lingkungan. Apa gunanya nilai ujian tinggi kalau anak-anak tidak bermoral.

Pemerintah bertanggung jawab karena menetapkan sistem pendidikan yang tidak tolerant terhadap perkembangan emosi anak. Namun orang tua, punya tanggung jawab yang besar membentuk karakter dan budi pekerti anak. Lingkungan yang kian konsumtif dan hedonis pun bertanggung jawab telah menciptakan generasi yang materialistis tapi miskin nurani.

Sekarang, ketika tawuran sudah memakan korban, kita semestinya kembali mengevaluasi diri. Dan kamu sebagai generasi muda, katakan pada orang tua kalian bahwa kalian butuh bimbingan rohani yang semestinya mereka isi. Percuma juga ada mediasi antar guru dan orang tua untuk menanggulangi tawuran, toh bukan mereka yang berkelahi. Mediasi itu harus dilakukan dari keluarga dan dari dalam diri dan berjanji untuk menjadi pribadi yang bermoral dan bernurani.

No comments: