Terpilihnya Jokowi sebagai Gubernur baru DKI
Jakarta membuat orang yakin, Indonesia tidak kurang stok pemimpin. Di
berbagai daerah lainnya di nusantara, sejumlah kisah pemimpin lokal
patut menjadi teladan. Demikian kira-kira pragaraf pembuka yang saya
kutip dari ulasan “Sorot” edisi 211, Viva News.
Menurut situs berita
itu, masih banyak lagi contoh pemimpin lokal yang betul-betul layak
disebut pemimpin. Di Surabaya, Jawa Timur, walikotanya Tri Rismaharini
berhasil membuat kota yang dia pimpin menjadi lebih bersih, menciptakan
ruang public yang nyaman dan asri, hingga berhasil mengajak pekerja seks
komersil di lokalisasi Dolly ke jalan yang benar.
Di Simalungun,
Sumatra Utara, walikotanya JR Saragih lebih gemar menggunakan sepeda
motor untuk memantau kondisi kota yang dia pimpin. Dia berhasil
menghidupkan kota yang hampir mati, memajukan ekonomi, dan meremajakan
kembali rumah sakit.
Contoh pemimpin yang betul-betul jadi pemimpin
lainnya adalah Idham Samawi, mantan Bupati Bantul, DI Yogyakarta. Dia
berhasil menyulap Bantul yang tandus menjadi daerah yang hidup. Dengan
kebijakan-kebijakannya, dia membangun infrastruktur dan membuat
pertanian dan peternakan kembali Berjaya.
Membaca kisah-kisah sukses
mereka sebagai pemimpin membangunkan saya dari mimpi buruk selama ini.
Ternyata masih ada pemimpin berhati dan bernurani yang berkerja
sungguh-sungguh untuk masyarakat yang sejatinya menggaji para pemimpin
itu. Cukup lama saya tertidur dihantui mimpi kalau bumi yang saya pijaki
dipimpin oleh orang-orang tamak yang hanya memikirkan harta dan
kesenangan pribadi. Tanggung jawab hanya sebatas gambaran tugas di atas
kertas.
Lihatlah, pemimpin silih berganti. Tapi persoalan masyarakat
dari dulu tidak beranjak, bahkan lebih buruk dari sebelum-sebelumnya.
Banyak pemimpin muncul dengan latar belakang pendidikan yang tinggi
diharapkan akan mencarikan solusi berbagai persoalan di tengah
masyarakat. Tapi apa? Pendidikan tinggi hanya jadi komoditi pelengkap
janji sebelum terpilih jadi pemimpin. masalah di tengah masyarakat tetap
saja ada di sana.
Lihatlah Jokowi, ilmu yang dia miliki dipergunakan
untuk mengabdikan diri. Tidak ada batasan yang menghalanginya untuk
bisa mendekatkan diri dengan orang-orang yang telah mempercayakannya
untuk menjadi pemimpin. Jokowi dan tokoh-tokoh di atas memutarbalikkan
imej pemimpin yang terbangun selama. Pemimpin seharusnya melayani, bukan
dilayani.
So buat kamu, jika suatu saat kamu berkesempatan menjadi
pemimpin dimanapun dan kapanpun, jadilah pemimpin yang amanat.
Berbuatlah sebagai pemimpin yang tidak meninggalkan nurani dalam
mengemban jabatan. Jadilah pemimpin yang akan disegani dan dikenang
meski generasi baru mengganti. Jadilah pemimpin yang tidak hanya
mendahulukan materi untuk pribadi, melainkan kesejahteraan untuk
generasi kini dan nanti. Jadilah pemimpin yang tidak kaya secara
duniawi, karena dengan berlaku amanat, pahala pun sudah menanti untuk
kehidupan di akhirat nanti.
Kita sudah banyak melihat pemimpin
negeri ini. Banyak di antara mereka datang dan pergi namun tidak memberi
arti. Mereka ada tapi untuk dilupakan begitu saja. Kalaupun dikenang,
bukan karena jasa tapi karena dosa-dosa yang mereka tinggalkan. Sungguh,
sosok seperti itu tidaik hanya gagal sebagai pemimpin, tapi juga gagal
sebagai manusia. Adapun halnya dengan Jokowi dan Jokowi – Jokowi
lainnya, saya sangat yakin prestasi dan bakti mereka akan menjadi buah
bibir dari generasi ke generasi.
No comments:
Post a Comment