Translate

Thursday, January 24, 2013

Menjadi Jokowi Lainnya


Terpilihnya Jokowi sebagai Gubernur baru DKI Jakarta membuat orang yakin, Indonesia tidak kurang stok pemimpin. Di berbagai daerah lainnya di nusantara, sejumlah kisah pemimpin lokal patut menjadi teladan. Demikian kira-kira pragaraf pembuka yang saya kutip dari ulasan “Sorot” edisi 211, Viva News.

Menurut situs berita itu, masih banyak lagi contoh pemimpin lokal yang betul-betul layak disebut pemimpin. Di Surabaya, Jawa Timur, walikotanya Tri Rismaharini berhasil membuat kota yang dia pimpin menjadi lebih bersih, menciptakan ruang public yang nyaman dan asri, hingga berhasil mengajak pekerja seks komersil di lokalisasi Dolly ke jalan yang benar.

Di Simalungun, Sumatra Utara, walikotanya JR Saragih lebih gemar menggunakan sepeda motor untuk memantau kondisi kota yang dia pimpin. Dia berhasil menghidupkan kota yang hampir mati, memajukan ekonomi, dan meremajakan kembali rumah sakit.

Contoh pemimpin yang betul-betul jadi pemimpin lainnya adalah Idham Samawi, mantan Bupati Bantul, DI Yogyakarta. Dia berhasil menyulap Bantul yang tandus menjadi daerah yang hidup. Dengan kebijakan-kebijakannya, dia membangun infrastruktur dan membuat pertanian dan peternakan kembali Berjaya.

Membaca kisah-kisah sukses mereka sebagai pemimpin membangunkan saya dari mimpi buruk selama ini. Ternyata masih ada pemimpin berhati dan bernurani yang berkerja sungguh-sungguh untuk masyarakat yang sejatinya menggaji para pemimpin itu. Cukup lama saya tertidur dihantui mimpi kalau bumi yang saya pijaki dipimpin oleh orang-orang tamak yang hanya memikirkan harta dan kesenangan pribadi. Tanggung jawab hanya sebatas gambaran tugas di atas kertas.

Lihatlah, pemimpin silih berganti. Tapi persoalan masyarakat dari dulu tidak beranjak, bahkan lebih buruk dari sebelum-sebelumnya. Banyak pemimpin muncul dengan latar belakang pendidikan yang tinggi diharapkan akan mencarikan solusi berbagai persoalan di tengah masyarakat. Tapi apa? Pendidikan tinggi hanya jadi komoditi pelengkap janji sebelum terpilih jadi pemimpin. masalah di tengah masyarakat tetap saja ada di sana.

Lihatlah Jokowi, ilmu yang dia miliki dipergunakan untuk mengabdikan diri. Tidak ada batasan yang menghalanginya untuk bisa mendekatkan diri dengan orang-orang yang telah mempercayakannya untuk menjadi pemimpin. Jokowi dan tokoh-tokoh di atas memutarbalikkan imej pemimpin yang terbangun selama. Pemimpin seharusnya melayani, bukan dilayani.

So buat kamu, jika suatu saat kamu berkesempatan menjadi pemimpin dimanapun dan kapanpun, jadilah pemimpin yang amanat. Berbuatlah sebagai pemimpin yang tidak meninggalkan nurani dalam mengemban jabatan. Jadilah pemimpin yang akan disegani dan dikenang meski generasi baru mengganti. Jadilah pemimpin yang tidak hanya mendahulukan materi untuk pribadi, melainkan kesejahteraan untuk generasi kini dan nanti. Jadilah pemimpin yang tidak kaya secara duniawi, karena dengan berlaku amanat, pahala pun sudah menanti untuk kehidupan di akhirat nanti.

Kita sudah banyak melihat pemimpin negeri ini. Banyak di antara mereka datang dan pergi namun tidak memberi arti. Mereka ada tapi untuk dilupakan begitu saja. Kalaupun dikenang, bukan karena jasa tapi karena dosa-dosa yang mereka tinggalkan. Sungguh, sosok seperti itu tidaik hanya gagal sebagai pemimpin, tapi juga gagal sebagai manusia. Adapun halnya dengan Jokowi dan Jokowi – Jokowi lainnya, saya sangat yakin prestasi dan bakti mereka akan menjadi buah bibir dari generasi ke generasi.

No comments: