Translate

Thursday, January 24, 2013

Pengorbanan “Miapa”?


Ketika nabi Ibrahim As. mendapatkan wahyu untuk menyembelih putranya sendiri, Nabi Ismail As, terjadi pergolakan bathin yang sangat dahsyat dalam dirinya. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah SWT atau mempertahankan buah hati yang tercinta yang sudah lam dinanti-nantinya. Sungguh itu sebuah pilihan yang dilematis. Namun karena ketakwaan dan kecintaan nya kepada Sang Pencipta melebihi segalanya, maka perintah tersebut beliau laksanakan juga, walau pada akhirnya nabi Ismail as digantikan dengan seekor hewan kurban.

Dalam konteks kekinian, Hari Raya Idul Adha dalam perspektif Islam harus diisi dengan berbagai nasihat, syiar, dan ibadah yang mengandung nilai-nilai sosial, di samping merupakan kesempatan untuk membahagiakan setiap insan di muka bumi. Allah SWT telah mengaitkan Idul Adha ini dengan nilai sosial yang abadi dalam bentuk pengorbanan.

Pengorbanan artinya menyerahkan sesuatu yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkannya. Pada hari raya ini dan hari-hari tasyrik, Allah mensyariatkan bagi yang mampu untuk menyembelih hewan kurban yang dibagikan kepada fakir miskin, karib kerabat, dan sebagian untuk keluarganya sebagai upaya menebar kebahagiaan di muka bumi.

Dalam syariat kurban terkandung makna pengokohan ikatan sosial yang dilandasi kasih sayang, pengorbanan untuk kebahagiaan orang lain, ketulusikhlasan, dan amalan baik lainnya yang mencerminkan ketakwaan.

Di luar konteks Idul Adha, dalam kehidupan sehari-hari barangkali kata pengorbanan juga acap kita dengarkan dan mungkin kita lakukan. Ada yang berkorban demi keluarga, anak, istri, jabatan, uang dan segala sesuatu yang melekat dengan kehidupan duniawi. Bahkan di kalangan remaja sekalipun, istilah pengorbanan tidak luput dari keseharian bahkan mungkin pernah merasa berkorban. Kita kadang sering mengorbankan kepentingan pribadi demi teman, pacar, kuliah serta berbagai macam demi lainnya.

Namun seberapa pantas pengorbanan itu dilakukan? Seberapa besar reward yang kita peroleh dari pengorbanan itu? Nilai apa yang tertanam dalam pengorbanan kita tersebut? Sukur-sukur ada nilai ibadah yang bisa kita peroleh dari pengorbanan tersebut. Kalau hanya demi orang lain dengan tujuan bukan untuk memperbanyak pahala dan tidak didasari keikhlasan, niscaya pengorbanan akan berujung penyesalan. 

Merefleksikan kembali nilai ibadah kurban pada Idul Adha dengan berbagai pengorbanan yang telah kita lakukan, sudah sepatutnya kita meluruskan kembali niat atas apa yang kita perbuat. Sebaik-baiknya pengorbanan haruslah didasari keikhlasan demi Allah semata. Jadi pengorbanannya "miapa"? Yang pasti bukan demi apapun yang sifatnya hanya untuk kesenangan sementara semata.

No comments: