Translate

Thursday, January 24, 2013

Rohayu dan Muka Masamnya

Pekan ini adalah pekan yang berarti bagi saya, karena dalam minggu ini saya berulang tahun. Bukan soal kebahagiaan - karena hari-hari saya juga sudah dipenuhi kebahagiaan – tapi lebih pada makna pada peringatan kelahiran itu. Satu hal yang lebih berkesan pada hari itu adalah, pujian dari beberapa orang yang tidak menyangka kalau usia saya sudah over thirty . Saya keliatan masih in the mid of twentieth alias masih dua puluhan.
Soal muka memang tidak semua orang dikarunia wajah cantik dan tampan. Namun, semua orang punya potensi terlihat menarik dan mempesona. Orang yang berwajah di bawah standar dan biasa- biasa saja bisa terlihat enak dilihat, sebaliknya orang yang dilahirkan rupawan justru bisa enek dilihat. Semuanya tergantung dari dalam, dari hati. Makanya, sering kali kita mendengar istilah inner beauty atau kecantikan dari dalam untuk menggambarkan orang yang rupawan dari dalam.
Soal muka dan isi hati, saya jadi teringat seorang kenalan dari pihak ibu saya. Sebut saja namanya Rohayu (kalo Betawi, Rohaye dong!). Dia ini sangat sirik sekali sama ibu saya sehingga apapun kebaikan dan niat baik yang dilakuin ibu saya buat menjalin silaturahmi selalu berakhir dengan kedengkian. Kedengkian dan penyakit hati ini ternyata ditularkan pada anak-anaknya.
Selain persamaan sifat buruk, mereka juga berbagi persamaan bentuk rupa. Sungguh ajaib, hati ternyata mampu membentuk wajah seorang sama gak enak dilihatnya dan jadi jelek dari aslinya; masam, kusam dan suram. Malah anak si Rohaye yang usianya junior saya justru terlihat jauh lebih tua dari umurnya. Padahal nih, ketika dari segi ekonomi dia merasa sekarang lebih dari keluarga ibu saya (salah satu faktor yang membuat dia selalu merasa dengki). Tapi kenapa wajahnya tetap tidak mencerminkan kebahagiaan sebaliknya wajah menderita karena iri dan dengki?
Menurut situs Pengajian Umum Ar-Raudhah, orang yang berhati lembut adalah orang yang wajahnya berseri-seri dan sering tersenyum. Sebab, keadaan hati itu tercermin pada wajah. Semua yang disembunyikan hati akan tampak di wajah.
Alkisah, Syu’bah bin Hajjaj rhm pernah bertutur soal hati dan wajah. Bagi beliau, wajah adalah lembaran yang dapat dibaca. Jika hatinya keras, wajahnya tampak keras dan muram, hampir tidak pernah senyum. Jika hatinya lembut, ia akan bersikap ramah kepada teman-temannya, rindu pada kampung halaman, dan menyesali umur yang telah disia-siakannya. Sebagaimana dikatakan, bahwa jika kamu ingin mengetahui kesetiaan seseorang, maka perhatikanlah bagaimana kerinduannya pada kampung halamannya, kesedihannya ketika mengingat teman-temannya yang telah meninggal dan penyesalannya atas umur yang telah dilewatkannya.
Sekarang, coba ambil cermin deh. Silakan berkaca dan perhatikan raut muka kamu. Suasana hatimu akan tergambar jelas dari raut wajahmu. Apakah wajah kamu enak dilihat atau justru seperti mukanya Rohayu yang masam? Apapun itu, mulailah tersenyum. Tersenyum dengan hati.

No comments: