Translate

Thursday, September 20, 2012

Individualis atau Berkelompok ? (II)

Suatu waktu, ketika di Belanda, saya pernah pindah apartemen dari Utrecht ke Wageningen. Sebuah pindah apartemen yang sangat jauh sekali, karena sudah beda kota. Saat itu, barang bawaan saya sangat banyak. Di punggung saya ada tas ransel, tangan kiri memegang satu koper besar, sementara tangan kanan memegang tas tangan yang besarnya setengah dari koper ditambah satu jinjingan kantong plastik.

Ketika hendak menaiki bus di halte, seorang ibu paruh baya melihat saya dengan tatapan kasihan. Mungkin dia berfikir, beban sebanyak itu terlalu berat bagi saya yang bertubuh kecil. Kemudian ketika bus datang, dengan ramah si ibu tadi menawarkan bantuan untuk mengangkut barang-barang bawaan saya tadi. Namun karena melihat usianya yang juga sudah cukup lanjut dan perempuan pula, tawaran tulusnya saya tolak dengan halus. Meski resikonyo saya harus tertatih-tatih dan “bakalentong pentong” membawa beban banyak itu sambil menghindari penumpang lainnya.

Sesampainya di stasiun kereta, tatapan yang sama juga saya rasakan dari bule-bule Belanda yang bertubuh besar dan memang tercatat sebagai manusia tertinggi di dunia itu. Dan ketika saya hendak naik eskalator menuju tempat penjualan tiket, tawaran yang sama kembali datang. Kali ini tawaran bantuan itu muncul dari bocah yang beranjak remaja. Dengan sopan ia mengulurkan tangannya dan mengatakan mau membantu saya. Saat itu uluran bantuan itu saya terima. Tidak hanya itu, orang tua si ABG tadi juga ikut membantu saya meneteng barang-barang yang akan dibawa pindah tadi.

Saat itu, persepsi saya tentang individualis bule sontak berubah. Individualis bagi orang barat sana ternyata bukan berarti mereka tidak acuh dan tidak peduli dengan orang lain. Individualis bagi orang barat sana tidak juga berarti mereka pelit memberikan bantuan pada sesama. Individualis bagi orang bule sana bukan berarti mereka anti sosial dan tidak menghormati hak orang lain.

Menurut Geert Hofstede, perbedaan budaya antara individualis dengan berkelompok adalah, dalam hal menetapkan tujuan. Orang-orang individualis menetapkan tujuan dan rencana dengan meminimalisir pertimbangan terhadap kelompok, kecuali mungkin keluarga terdekat.

Konsep seperti ini sudah sangat jelas dan sering kita saksikan dalam film-film karya sineas asing. Betapa seseorang mengambil keputusan atas dirinya tanpa mempertimbangkan banyak pihak. Baginya, selama tujuan itu adalah untuk kebahagiannya, maka dialah yang berhak mengambil keputusan itu sendiri. Mereka tidak mempertimbangkan bagaimana tujuan hidup mereka akan berdampak pada kelompok dan keluarga mereka. Dan konsekuensi dari keputusan yang diambilnya itu adalah dia bertanggung jawab penuh pada apa yang dia lakukan.

Orang individualis mendefinisikan diri mereka dengan pencapaian dan prestasi. Mereka adalah apa yang mereka lakukan. Mereka tidak bersembunyi di balik nama orang tua, keluarga atau suku dan kelompok. Demikian pula dalam bekerja, seorang karyawan dilihat dari prestasi dan kompetensinya. Bukan karena hubungan pertemanan atau keluarga. Akibatnya, mereka lebih menetapkan sistem kontrak dengan jangka waktu pendek sehingga mudah untuk dievaluasi.

Lihat pula bagaimana budaya berkelompok kita. Untuk cerita budaya berkelompok, kita lanjutkan pada minggu berikutnya.

No comments: