Translate

Thursday, September 20, 2012

Musuh dalam Selimut

Seorang teman bercerita tentang kegundahannya. Pada sebuah kontes ia dikalahkan dengan cara yang tidak adil. Intervensi pihak lain telah menggagalkan peluangnya untuk mendapatkan posisi sebagai salah satu pemenang. Hatinya semakin gundah begitu mengetahui, pihak lain tersebut adalah temannya sendiri, meski bukan pula teman dekat. Kalah dan menang adalah hal yang biasa dalam pertandingan, namun kalah karena kecurangan itu adalah masalah.

Teman makan teman, pagar makan tanaman, menggunting dalam lipatan atau musuh dalam selimut sangat akrab sekali di telinga kita. Perumpamaan – perumpamaan sadis tersebut menunjukkan bahwa dalam sebuah hubungan sekalipun, entah itu pertemanan, kolega, bisnis, bahkan hingga persaudaraan ternyata beresiko terhadap pengkhianatan. Banyak kejadian yang mengisahkan bagaimana orang yang dipercaya, kawan yang punya hubungan dekat tetap berpotensi menjadi lawan.

Banyak alasan sebenarnya yang melatar belakangi kejadian musuh dalam selimut itu. Satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah adanya sifat iri dan dengki. Rasa tidak senang melihat orang lain senang merupakan bibit yang berkembang pada sebuah pengkhianatan. Susah melihat orang senang, senang melihat orang susah.
Iri dan dengki kalau dikaji-kaji sebenarnya tidak memberikan keuntungan bagi si pemiliknya. Kalaupun kawan senang, belum tentu akan merugikan. Justru kemungkinan akan bisa menguntungkan. Kalaupun orang jadi susah, bukankah tidak ada gunanya pula bagi kita yang membuat susah. Paling-paling hanya akan menambah berat timbangan ke neraka saja.

Dalam Islam sendiri sifat iri jelas –jelas dilarang. Iri diperbolehkan hanya dalam dua hal yakni dalam hal bersedekah dan ilmu. Demikian pula halnya dengan dengki. Sifat dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki.

Maka ketika kita menyadari ada teman yang kemungkinan akan menjadi lawan, tidak ada salahnya kita waspada. Sebelum kawan menggunting dalam lipatan, sebaiknya kita berjaga-jaga. Seorang teman pernah berkata pada saya, “kadang kita punya insting dan rasa tidak nyaman dengan seseorang. Ketika insting kita bicara, di saat itulah kita mulai waspada. Lebih baik tidak berkawan jika akhirnya nanti menjadi lawan.”
Iri dan dengki adalah penyakit hati. Dan itu tidak bisa dihilangkan meski kuliah hingga ke luar negeri. Untuk bisa menjadi kawan sebenar-benar kawan, tidak menggunting dalam lipatan, tidak memendam sifat iri dan dengki, tidak ada obatnya selain membersihkan hati.


No comments: