Seorang teman bercerita tentang kegundahannya. Pada sebuah kontes ia
dikalahkan dengan cara yang tidak adil. Intervensi pihak lain telah
menggagalkan peluangnya untuk mendapatkan posisi sebagai salah satu
pemenang. Hatinya semakin gundah begitu mengetahui, pihak lain tersebut
adalah temannya sendiri, meski bukan pula teman dekat. Kalah dan menang
adalah hal yang biasa dalam pertandingan, namun kalah karena kecurangan
itu adalah masalah.
Teman makan teman, pagar makan tanaman,
menggunting dalam lipatan atau musuh dalam selimut sangat akrab sekali
di telinga kita. Perumpamaan – perumpamaan sadis tersebut menunjukkan
bahwa dalam sebuah hubungan sekalipun, entah itu pertemanan, kolega,
bisnis, bahkan hingga persaudaraan ternyata beresiko terhadap
pengkhianatan. Banyak kejadian yang mengisahkan bagaimana orang yang
dipercaya, kawan yang punya hubungan dekat tetap berpotensi menjadi
lawan.
Banyak alasan sebenarnya yang melatar belakangi kejadian
musuh dalam selimut itu. Satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah
adanya sifat iri dan dengki. Rasa tidak senang melihat orang lain senang
merupakan bibit yang berkembang pada sebuah pengkhianatan. Susah
melihat orang senang, senang melihat orang susah.
Iri dan dengki
kalau dikaji-kaji sebenarnya tidak memberikan keuntungan bagi si
pemiliknya. Kalaupun kawan senang, belum tentu akan merugikan. Justru
kemungkinan akan bisa menguntungkan. Kalaupun orang jadi susah, bukankah
tidak ada gunanya pula bagi kita yang membuat susah. Paling-paling
hanya akan menambah berat timbangan ke neraka saja.
Dalam Islam
sendiri sifat iri jelas –jelas dilarang. Iri diperbolehkan hanya dalam
dua hal yakni dalam hal bersedekah dan ilmu. Demikian pula halnya dengan
dengki. Sifat dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa
susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain
susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik
dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah
menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki.
Maka
ketika kita menyadari ada teman yang kemungkinan akan menjadi lawan,
tidak ada salahnya kita waspada. Sebelum kawan menggunting dalam
lipatan, sebaiknya kita berjaga-jaga. Seorang teman pernah berkata pada
saya, “kadang kita punya insting dan rasa tidak nyaman dengan
seseorang. Ketika insting kita bicara, di saat itulah kita mulai
waspada. Lebih baik tidak berkawan jika akhirnya nanti menjadi lawan.”
Iri dan dengki adalah penyakit hati. Dan itu tidak bisa dihilangkan
meski kuliah hingga ke luar negeri. Untuk bisa menjadi kawan
sebenar-benar kawan, tidak menggunting dalam lipatan, tidak memendam
sifat iri dan dengki, tidak ada obatnya selain membersihkan hati.
No comments:
Post a Comment