Pada suatu bagian kisah di buku Sky Is Falling karya Sidney Sheldon,
sedikit disinggung kondisi Rusia. Sebagai negara baru yang mengalami
perubahan dari Uni Soviet, Rusia mengalami transisi kebudayaan yang
sangat ironis. Gegar budaya dan tidak kondusifnya sistem pemerintahan
membuat kaum remajanya mencoba mencari identitas baru. Kemajuan Barat
seolah menjadi panutan pemikiran yang menyebabkan remajanya menjadi
konsumtif di tengah-tengah kemiskinan. Akibatnya, prostitusi dan tindak
kriminal menjadi bagian dari wajah Rusia. Banyak remaja yang terjebak
dalam keindahan semu. Meski hidup miskin, mereka rela melacurkan diri.
Prostitusi atas nama tuntutan ekonomi dan pencitraan diri jadi sedemikian tipis bedanya. Di satu sisi, mereka menjual diri dan terjebak dalam perilaku kriminal karena perut perlu diisi, di sisi lain mereka juga ingin menaikkan gengsi dengan berbagai kelengkapan materi. Sepertiny menjadi dua alasan yang saling mendukung.
Rusia adalah Rusia. Negara yang nun jauh di sana. Namun apa yang terjadi di Rusia terjadi pula di Sumatra Barat. Berita yang menyebutkan disegelnya sebuah kafe karena menyediakan penari striptis sangat menghentakkan mata. Berita itu kian menyesakkan dada ketika mengetahui pelakunya masih di usia belia. Masih remaja.
Padang bukanlah Rusia. Tidak ada kondisi pemerintahan yang transisional terjadi di sini. Meski ada reformasi, tidak ada kondisi yang menuntut warga dan kaum mudanya mengalami gegar budaya yang ironi. Dari segi faktor ekonomi, dengan falsafah adat basandi syarak dan sayarak basandi kitabullah, tentu tidak ada alasan untuk mencari penghidupan di jalan maksiat.
Namun Padang menjadi seperti Rusia karena perilaku konsumtif di kalangan remajanya. Mendahulukan gengsi dan citra diri dengan polesan materi. Remaja kita cenderung berpenampilan rancak di labuah. Lihatlah apa yang melekat di diri sebagian besar remaja kita. Di kalangan menengah ke bawah saja standarnya harus pakai handphone terkini (atau imitasi terkini) dengan pulsa yang harus selalu ada. Dandanan menirukan selebritis yang sering muncul di televisi. Makan di restoran cepat saji untuk menunjukkan eksistensi. Di kalangan menengah atas, tidak cukup sampai di situ. Sok aksi dengan kendaraan pribadi, menunjukkan eksistensi dengan materi bermerek luar negeri.
Saling pamer dan saling unjuk diri tidak disangkal lagi bisa menyebabkan makin memicu perilaku knosumtif. Nah, ketika semua benda yang akan dipamerkan itu tidak sanggup dibeli, prostitusi seolah menjadi solusi. Melacurkan diri atau menari striptis demi yang namanya gengsi.
Rusia bukanlah Padang. Namun rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya kontrol keluarga dan rendahnya sensitifitas pemerintah terhadap rakyat kecil akan menjadikan para remajanyamenjadi korban manipulasi informasi. Percayalah, di Dunia barat sana yang kita salah persepsikan itu, prostitusi bukanlah profesi yang diminati.
2 comments:
You need to participate in a contest for among the finest blogs on the web. I'll advocate this web site!
Much informative and useful article… I like it personally…
Post a Comment