Translate

Saturday, April 13, 2013

Jujur UN

Saya membaca berita menarik soal Ujian Nasional (UN) yang mulai diselenggarakan besok. Lewat VivaNews, gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengaku tidak memberikan target kelulusan kepada pada siswa kelas XII SMK/SMA dan Madrasah Aliyah yang akan mengikuti Ujian Nasional.

Menurut Jokowi, yang paling penting Ujian Nasional itu dilakukan dengan jujur tanpa ada usaha-usaha kebohongan seperti menyontek atau membeli kunci jawaban. "Mereka harus belajar tapi jangan diajak untuk melakukan sesuatu yang tidak jujur. Nilainya berapa buat saya tidak ada masalah. Tapi itu hasil dari sebuah proses yang jujur."

Statemen ini menurut saya sangat penting disampaikan pada para siswa dan guru. Sudah cukup sering kita mendengar entah itu dari berita atau mulut ke mulut kalau sering terjadi kecurangan saat ujian berlangsung. Ada ketidak-jujuran dalam mendapatkan nilai kelulusan UN.

Modusnya juga banyak macam. Entah itu lewat SMS, berbagai "jimat" dalam lipatan kertas, sampai coretan di bagian tubuh. Pelakunya gak cuma siswa, ada juga oknum guru yang ikut membocorkan. Tujuannya tak lain dan tak bukan beban target lulus UN.

Kita tidak perlu diskusikan dulu soal kebijakan UN dan beban yang harus ditanggung siswa. Yang harus ditegaskan di sini adalah bagaimana siswa harus berlaku jujur dalam melaksanakan UN. Kepada siswa harus ditanamkan pentuingnya nilai murni yang tidak terdistorsi kecurangan dan kebohongan.

Bangsa ini sudah mengalami degradasi moral. Kalau kepada siswa sudah ditekankan untuk lulus dan nilai tinggi meski diperoleh dengan kecurangan, alangkah bobroknya mental mereka nanti. Justru sebaliknya, kepada mereka harus ditanamkan kejujuran biar tidak seperti banyak generasi pendahulunya yang sudah sakit dan koruptif.

No comments: