Saya membaca berita menarik soal Ujian Nasional (UN)
yang mulai diselenggarakan besok. Lewat VivaNews, gubernur DKI Jakarta,
Joko Widodo, mengaku tidak memberikan target kelulusan kepada pada siswa
kelas XII SMK/SMA dan Madrasah Aliyah yang akan mengikuti Ujian
Nasional.
Menurut Jokowi, yang paling penting Ujian Nasional itu
dilakukan dengan jujur tanpa ada usaha-usaha kebohongan seperti
menyontek atau membeli kunci jawaban. "Mereka harus belajar tapi jangan
diajak untuk melakukan sesuatu yang tidak jujur. Nilainya berapa buat
saya tidak ada masalah. Tapi itu hasil dari sebuah proses yang jujur."
Statemen
ini menurut saya sangat penting disampaikan pada para siswa dan guru.
Sudah cukup sering kita mendengar entah itu dari berita atau mulut ke
mulut kalau sering terjadi kecurangan saat ujian berlangsung. Ada
ketidak-jujuran dalam mendapatkan nilai kelulusan UN.
Modusnya
juga banyak macam. Entah itu lewat SMS, berbagai "jimat" dalam lipatan
kertas, sampai coretan di bagian tubuh. Pelakunya gak cuma siswa, ada
juga oknum guru yang ikut membocorkan. Tujuannya tak lain dan tak bukan
beban target lulus UN.
Kita tidak perlu diskusikan dulu soal
kebijakan UN dan beban yang harus ditanggung siswa. Yang harus
ditegaskan di sini adalah bagaimana siswa harus berlaku jujur dalam
melaksanakan UN. Kepada siswa harus ditanamkan pentuingnya nilai murni
yang tidak terdistorsi kecurangan dan kebohongan.
Bangsa ini
sudah mengalami degradasi moral. Kalau kepada siswa sudah ditekankan
untuk lulus dan nilai tinggi meski diperoleh dengan kecurangan, alangkah
bobroknya mental mereka nanti. Justru sebaliknya, kepada mereka harus
ditanamkan kejujuran biar tidak seperti banyak generasi pendahulunya
yang sudah sakit dan koruptif.
No comments:
Post a Comment