Terakhir yang tidak kalah penting adalah, lewat kegiatan yang mengusung tema "save the heritage" itu mahasiswa dan peserta menjadi paham akan perbedaan budaya. Secara tidak langsung mereka yang terlibat dengan kegiatan itu akan mempelajari bagaimana budaya asing dan budaya mereka sendiri. Mereka bisa menilai apakah benar budaya asing menjadi ancaman budaya lokal atau hanya sekedar stigma belaka. Mereka juga bisa paham apakah budaya yang mereka pakai sehari-hari adalah tiruan dan gaya-gayaan atau memang pengaruh dari kondisi global.
Alasan terakhir menjadi penting karena kita cenderung menyalahkan globalisasi dan westernisasi sebagai pengaruh buruk terhadap budaya sendiri. Kita mendapatkan kambing hitam untuk menjustifikasi persoalan degradasi moral dan budaya di tengah generasi muda. Kita beranggapan globalisasi dan westernisasi adalah hal yang buruk, kita dan budaya kita hanyalah korban.
Perspektif semacam itu adalah hal yang buruk menurut saya. Menyalahkan globalisasi dan pengaruh budaya barat malah cenderung bersifat politis untuk kepentingan pribadi. Dari sekian banyak orang-orang yang menyalahkan budaya barat pastinya hanya sedikit di antara mereka yang pernah ke negara barat sana. Yang sedikit itu, tentunya tidak pula berinteraksi langsung dengan kehidupan luar sana, alias jalan-jalan semata.
Lewat kegiatan itu saya bermaksud menyampaikan pesan bahwa budaya adalah hal yang dipelajari. Budaya bukan apa yang tersaji di layar televisi. Setiap budaya punya nilai, bukan sebaliknya mengikis jati diri.
Sepatutnya kita bertanya, apakah
budaya yang dianut dan dilakukan generasi muda kita sekarang adalah
betul-betul budaya luar negeri atau hanya sekedar mengimitasi apa yang
terlihat dari media semata? Jika hanya mengimitasi tanpa mempelajari,
salahkan diri sendiri mengapa menjadi si latah dan si peniru.
No comments:
Post a Comment