Translate

Thursday, January 24, 2013

Cultural Week Festival


Pertengahan minggu lalu, selama dua hari, mahasiswa-mahasiswa saya mengadakan suatu kegiatan yang dinamakan "Cultural Week Festival". Kegiatan tersebut adalah bagian dari mata kuliah "Cross Cultural Understanding" yang saya ajarkan. Meskipun tidak sampai satu minggu penuh, kegiatan yang berlangsung selama dua hari itu mengetengahkan berbagai lomba dengan topik yang berkaitan dengan kebudayaan lokal dan asing.Ada beberapa alasan mengapa saya memadukan perkuliahan dengan pengaturan kegiatan atau "event organizing". Pertama, saya berharap mahasiswa tidak hanya dicekoki dengan bahan-bahan teoritis dalam kelas saja sehingga mereka kaya kegiatan praktis. Kedua, saya berharap dengan mengatur sebuah acara mahasiswa akan memperkaya keterampilan dalam menemukan jawaban dari persoalan-persoalan teknis yang mereka hadapi.

Terakhir yang tidak kalah penting adalah, lewat kegiatan yang mengusung tema "save the heritage" itu mahasiswa dan peserta menjadi paham akan perbedaan budaya. Secara tidak langsung mereka yang terlibat dengan kegiatan itu akan mempelajari bagaimana budaya asing dan budaya mereka sendiri. Mereka bisa menilai apakah benar budaya asing menjadi ancaman budaya lokal atau hanya sekedar stigma belaka. Mereka juga bisa paham apakah budaya yang mereka pakai sehari-hari adalah tiruan dan gaya-gayaan atau memang pengaruh dari kondisi global.

Alasan terakhir menjadi penting karena kita cenderung menyalahkan globalisasi dan westernisasi sebagai pengaruh buruk terhadap budaya sendiri. Kita mendapatkan kambing hitam untuk menjustifikasi persoalan degradasi moral dan budaya di tengah generasi muda. Kita beranggapan globalisasi dan westernisasi adalah hal yang buruk, kita dan budaya kita hanyalah korban.

Perspektif semacam itu adalah hal yang buruk menurut saya. Menyalahkan globalisasi dan pengaruh budaya barat malah cenderung bersifat politis untuk kepentingan pribadi. Dari sekian banyak orang-orang yang menyalahkan budaya barat pastinya hanya sedikit di antara mereka yang pernah ke negara barat sana. Yang sedikit itu, tentunya tidak pula berinteraksi langsung dengan kehidupan luar sana, alias jalan-jalan semata.

Lewat kegiatan itu saya bermaksud menyampaikan pesan bahwa budaya adalah hal yang dipelajari. Budaya bukan apa yang tersaji di layar televisi. Setiap budaya punya nilai, bukan sebaliknya mengikis jati diri.

Sepatutnya kita bertanya, apakah budaya yang dianut dan dilakukan generasi muda kita sekarang adalah betul-betul budaya luar negeri atau hanya sekedar mengimitasi apa yang terlihat dari media semata? Jika hanya mengimitasi tanpa mempelajari, salahkan diri sendiri mengapa menjadi si latah dan si peniru.

No comments: