Translate

Wednesday, June 26, 2013

Berharap Kecewa

Normalnya, dalam hidup setiap manusia pasti mempunya harapan. Entah itu mereka namakan hasrat, impian, cita-cita, atau ekspektasi. Substansinya adalah keinginan yang muncul dari sanubari.

Namun tidak semua orang menaruh harap dengan cara yang sama. Kadar keinginan yang kadang ditempatkan sesuai kemampuan disebut "mengukur bayang-bayang sepanjang badan". Ada pula orang yang tertanam di benaknya pesan guru untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit, sehingga menjadi lebih ambisius. Dan tidak sedikit orang yang berharap hanya sekedar berharap, sehingga impian hanya sebatas kata.

Namun di saat menaruh harap ada yang mungkin kita kadang lupa kalau tidak semua harap akan terjawab. Barangkali tidak semua mimpi akan bisa terpenuhi. Mungkin tidak seluruh cita-cita purna terlaksana. Di saat itulah harap yang terlanjur tertanam di kandung menjadi kecewa yang mendera.

Paham bahwasanya roda hidup selalu berputar, kita tidak selalu di atas. Hidup bukan hitam putih, selalu ada manis dan pahitnya. Artinya, ada masanya kita harus menerima kecewa.

Masalahnya adalah, seberapa toleran kita pada pengharapan dan kekecewaan? Kalaulah hidup berharap membabi buta, alamat akan jatuh pada kecewa. Kalaulah hidup selalu dihantui akan kecewa, alamat nasib akan begitu-begitu saja.

Walau mungkin ada kecewa di balik asa, tentunya tidak harus membuat kita berhenti berharap. Tugas kita sebagai manusia menjalani hidup seperti apa yang kita harapkan. Berharap semestinya disertai berbuat dengan cara terbaik. Untuk hasilnya, kita serahkan pada Tuhan semata.

Ketika hasil tidak sesuai harapan, mungkin itu adalah jalan untuk pendewasaan. Sepanjang kita kita sudah berbuat untuk suatu harapan, maka kita sudah menjadi pemenang. Kalau hasil tidak sesuai harap, mungkin ada jawaban yang lebih baik menantikan.

No comments: