Translate

Wednesday, June 26, 2013

Keluarga Cinta

Suatu siang yang panas terik, saat saya tengah menunggu istri saya di gerbang sekolah tempat dia ngajar. Di sisi lain gerbang, ada seorang guru dan staf sekolah sedang berbicara.  Tiba-tiba sebuah motor matic melintas kencang melintasi saya dan pegawai sekolah tadi. Pengendaranya adalah siswi di sekolah yang sama.

Sang guru yang sempat bergerak mundur mendadak melihat dengan tatapan marah. Mereka berdua saling mengomentari sikap kurang ajar siswi tersebut. Selain marah, ada ekspresi kecewa yang tergambar dari raut wajah mereka.

Istri saya yang kebetulan juga datang pada kejadian tersebut sedikit memberi penjelasan pada saya. Siswi tersebut anak manja tapi bermasalah untuk urusan sekolah. Konon dia tidak pernah dimarahi oleh orang tuanya. Semua kemauannya dituruti orang tuanya.

Sama seperti anak-anak bermasalah lainnya, siswi tersebut adalah produk keluarga permisif dan tidak mengenal kasih sayang. Orang tua membiarkan anaknya hidup mengikuti kemauannya sendiri hingga tidak kenal sopan santun dan budi pekerti. Pribadi yang adalah pribadi yang kurang ajar dan tidak beradab.

Anak-anak dari produk keluarga yang tidak memberi kasih sayang dan permisif itu tidak mengenal status sosial; miskin dan kaya. Orang tua kaya memanjakan anaknya dengan materi, seolah kasih sayang bisa dibeli dengan uang. Mereka terlalu sibuk dengan usaha, dan menggantikan cinta hanya dengan harta. Sementara keluarga miskin juga tidak kalah permisifnya. Orang tua yang juga terlalu sibuk karena harus memenuhi kebutuhan keluarga terutama anak, malah membiarkan anak berjalan tanpa arah.

Permisif tidak bisa dilihat dari pembiaran menuruti keinginan anak dari segi materi saja. Permisif bisa berarti membiarkan anak tanpa didikan. Menyerahkan dan mempercayakan anak-anak hanya pada institusi formal seperti sekolah tanpa pantauan. Anak muda atau remaja seperti inilah yang cukup banyak kita temui.

Padahal, kita sangat paham bahwasanya anak adalah cerminan bagaimana orang tua mengajarinya. Orang tua yang tidak bersekolah tinggi sekalipun tapi menyirami anaknya dengan cinta dan kasih sayang akan menghasilkan anak yang berbudi pekerti. Orang tua yang berpendidikan tinggi tapi berperilaku rampok juga akan menjadikan anak seperti perampok.

Menjelang Hari Keluarga pada 29 Mei nanti, saatnya kamu sebagai generasi muda menata kembali keluargamu. Kalian yang tahu keluarga kalian bagaimana. Rangkul semua anggota keluarga untuk hidup dalam cinta dan kasih sayang. Itu yang akan menghasilkan generasi bermutu.

No comments: