Pada sebuah buku karya Robert Kiyosaki saya pernah
membaca kutipan cerita yang sangat menarik dan dalam maknanya. Di sebuah
kelas, seorang dosen bertanya pada para mahasiswanya siapa yang tahu
tentang dan bagaimana orang tuanya. Sebagai jawaban seluruh kelas
mengangkat tangan. Kemudian, dosen tersebut bertanya lagi, siapa yang
tahu tentang kakek dan neneknya. Hampir separuh kelas yang mengangkat
tangannya. Selanjutnya, dosen itu kembali bertanya, siapa yang tahu
tentang kakek dan nenek buyutnya. Kali ini, tidak satupun yang
mengangkat tangannya, semua menggeleng menyatakan ketidak tahuan mereka.
Moral dari cerita tersebut adalah betapa hidup manusia sering dilupakan. Banyak di antara kita yang tidak tahu siapa dan bagaimana hidup kakek nenek dan buyut kita. Apalagi leluhur yang lebih tua dari itu. Kita tidak tahu perjalanan hidup para pendahulu kita. Kita malah tidak paham, nilai-nilai kehidupan apa yang telah mereka wariskan.
Banyak di antara kita mungkin tahu bahwa sebagian warisan berasal dari kakek dan nenek atau generasi sebelumnya. Sangat amat disayangkan pengetahuan tersebut hanya sebatas materi. Materi yang pada saatnya nanti juga akan habis seiring waktu.
Namun yang perlu dikhawatirkan adalah, hal yang sama juga akan berlaku pada diri kita oleh anak cucu kita nanti. Generasi berikut setelah kita tidak tahu siapa dan bagaimana kita. Mereka tidak tahu perjuangan dan nilai-nilai hidup yang kita yakini. Kita pernah hidup tapi kemudian dilupakan.
Beruntung mereka yang menjadi figur publik yang sering diberitakan media. Ada bukti otentik dari sepenggal kisah mereka yang terekam. Sukur-sukur itu berupa catatan baik, namun akan perih kalau rekaman itu adalah kisah buruk, korup, rampok, dan ragam kisah negatif lain.
Saya sendiri merasa bangga penggalan kisah dan prestasi hidup saya pernah diekspos media. Saya juga patut senang perjalanan hidup saya sudah saya tuangkan di novel berjudul "Uda Universe". Saya harus bangga dikaruniakan kemampuan menulis yang berikutnya tertuang di media dan kolom ini.
Masih dalam suasana memperingati Hari Buku, 17 Mei kemarin, saya mengajak pembaca untuk menulis. Setidaknya kita menulis nilai-nilai moral yang kita yakini untuk generasi berikutnya nanti.
Tidak semua orang punya kemampuan menulis. Dalam hal itu, bisa disewa penulis untuk keperluan itu. Sebagai penulis berbakat, saya membuka diri untuk layanan tersebut. Hubungi saja saya lewat twitter. Demi nilai-nilai kebaikan yang akan diwariskan pada generasi nanti.
Kalau saja kita mau menghabiskan uang untuk foto-foto pre-wedding yang hanya untuk dilihat, mengapa kita tidak menyediakan uang untuk sesuatu yang lebih bernilai dan kekal. Foto pre-wedding bisa jadi hanya tinggal kenangan jika nantinya kehidupan rumah tangga tidak berjalan baik - meski tidak ada yang berharap untuk itu.
Moral dari cerita tersebut adalah betapa hidup manusia sering dilupakan. Banyak di antara kita yang tidak tahu siapa dan bagaimana hidup kakek nenek dan buyut kita. Apalagi leluhur yang lebih tua dari itu. Kita tidak tahu perjalanan hidup para pendahulu kita. Kita malah tidak paham, nilai-nilai kehidupan apa yang telah mereka wariskan.
Banyak di antara kita mungkin tahu bahwa sebagian warisan berasal dari kakek dan nenek atau generasi sebelumnya. Sangat amat disayangkan pengetahuan tersebut hanya sebatas materi. Materi yang pada saatnya nanti juga akan habis seiring waktu.
Namun yang perlu dikhawatirkan adalah, hal yang sama juga akan berlaku pada diri kita oleh anak cucu kita nanti. Generasi berikut setelah kita tidak tahu siapa dan bagaimana kita. Mereka tidak tahu perjuangan dan nilai-nilai hidup yang kita yakini. Kita pernah hidup tapi kemudian dilupakan.
Beruntung mereka yang menjadi figur publik yang sering diberitakan media. Ada bukti otentik dari sepenggal kisah mereka yang terekam. Sukur-sukur itu berupa catatan baik, namun akan perih kalau rekaman itu adalah kisah buruk, korup, rampok, dan ragam kisah negatif lain.
Saya sendiri merasa bangga penggalan kisah dan prestasi hidup saya pernah diekspos media. Saya juga patut senang perjalanan hidup saya sudah saya tuangkan di novel berjudul "Uda Universe". Saya harus bangga dikaruniakan kemampuan menulis yang berikutnya tertuang di media dan kolom ini.
Masih dalam suasana memperingati Hari Buku, 17 Mei kemarin, saya mengajak pembaca untuk menulis. Setidaknya kita menulis nilai-nilai moral yang kita yakini untuk generasi berikutnya nanti.
Tidak semua orang punya kemampuan menulis. Dalam hal itu, bisa disewa penulis untuk keperluan itu. Sebagai penulis berbakat, saya membuka diri untuk layanan tersebut. Hubungi saja saya lewat twitter. Demi nilai-nilai kebaikan yang akan diwariskan pada generasi nanti.
Kalau saja kita mau menghabiskan uang untuk foto-foto pre-wedding yang hanya untuk dilihat, mengapa kita tidak menyediakan uang untuk sesuatu yang lebih bernilai dan kekal. Foto pre-wedding bisa jadi hanya tinggal kenangan jika nantinya kehidupan rumah tangga tidak berjalan baik - meski tidak ada yang berharap untuk itu.
No comments:
Post a Comment