Hal yang barangkali cukup sulit diantisipasi seseorang adalah saat
menerima kritikan. Ada yang melawan kritik dengan membalas kritik pada
orang yang mengkritik. Ada yang yang bersikap defensif dengan menuding
kritikan sebagai fitnah belaka. Ada yang menyerang pengkritik dengan
debat kusir. Yang paling susah dilakukan adalah melihat kritik sebagai
cermin untuk berintrospeksi diri.
Adakalanya kita merasa jengah dan mungkin marah saat salah kita, korps kita bekerja, lembaga kita bernaung, atau partai tempat kita berharap diungkap. Kita menganggap orang lain berupaya menjatuhkan dengan mencari-cari kesalahan. Kita tidak bisa menerima dan berupaya mencari pembenaran dalam bentuk apapun.
Tapi bukankah sudah fitrahnya manusia tidak luput dari salah dan khilaf. Manusia dituntut untuk selalu berbuat baik, tapi kadang dalam perjalanannya mereka tidak luput dari perilaku salah dan buruk. Entah itu karena disengaja, lupa dan alpa. Adalah benar kalau tidak ada manusia yang sempurna.
Tahu bahwasanya manusia bukan malaikan yang tidak luput salah dan dosa, semestinya dijadikan pijakan untuk selalu melihat kritik sebagai pembelajaran. Dari kritik kita bisa tahu akan kesalahan yang mungkin tidak terencanakan. Dari kejujuran orang lain yang mengkoreksi kealpaan kita bisa sadar bahwasanya kita tidak selalu benar. Dari semua itu kita tahu bahwasanya kita adalah manusia juga.
Melawan kritik sedemikian defensif bukanlah cara yang baik dan bijak. Kita boleh saja merasa benar atau di pihak yang benar. Namun akan lebih baik kita juga menggunakan kaca mata si pengkritik, bukannya kaca mata kuda. Dengan berada di pihak lain dan membuka mata hati, akan memudahkan kita menerima kritikan sebagai saran untuk kebaikan. Tidak menerima kritikan dengan melawan hanya akan menjadikan kita sebagai pribadi atau kelompok yang merasa diri suci.
Adakalanya kita merasa jengah dan mungkin marah saat salah kita, korps kita bekerja, lembaga kita bernaung, atau partai tempat kita berharap diungkap. Kita menganggap orang lain berupaya menjatuhkan dengan mencari-cari kesalahan. Kita tidak bisa menerima dan berupaya mencari pembenaran dalam bentuk apapun.
Tapi bukankah sudah fitrahnya manusia tidak luput dari salah dan khilaf. Manusia dituntut untuk selalu berbuat baik, tapi kadang dalam perjalanannya mereka tidak luput dari perilaku salah dan buruk. Entah itu karena disengaja, lupa dan alpa. Adalah benar kalau tidak ada manusia yang sempurna.
Tahu bahwasanya manusia bukan malaikan yang tidak luput salah dan dosa, semestinya dijadikan pijakan untuk selalu melihat kritik sebagai pembelajaran. Dari kritik kita bisa tahu akan kesalahan yang mungkin tidak terencanakan. Dari kejujuran orang lain yang mengkoreksi kealpaan kita bisa sadar bahwasanya kita tidak selalu benar. Dari semua itu kita tahu bahwasanya kita adalah manusia juga.
Melawan kritik sedemikian defensif bukanlah cara yang baik dan bijak. Kita boleh saja merasa benar atau di pihak yang benar. Namun akan lebih baik kita juga menggunakan kaca mata si pengkritik, bukannya kaca mata kuda. Dengan berada di pihak lain dan membuka mata hati, akan memudahkan kita menerima kritikan sebagai saran untuk kebaikan. Tidak menerima kritikan dengan melawan hanya akan menjadikan kita sebagai pribadi atau kelompok yang merasa diri suci.
No comments:
Post a Comment