Translate

Wednesday, September 18, 2013

Catatan Ramadan

Kalo kalian rajin ke masjid selama Ramadan, coba perhatiin setiap ceramah menjelang tarawehan. Banyak banget anak sekolahan yang nyatet pengajian sang ustad. Ini bukan kali pertama di Ramadan ini, tapi sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Sejak jaman saya masih duduk di bangku sekolah dasar!


Nah, kali ini saya sedikit mengkritisi tentang catatan Ramadan. Tugas yang diberikan pada anak sekolahan sebagai bagian dari tugas pelajaran Agama Islam ini kadang saya anggap kurang efektif untuk pembelajaran. Banyak kekurangan yang harus diperbaiki untuk menjadikan ini sebagai suatu kegiatan yang mendidik dan agamis.

Sejauh yang saya perhatikan, kegiatan catatan Ramadan kadang bikin rusuh saat salat dan ceramah. Yah, namanya juga anak-anak, ngobrol mereka kadang tidak terkendali. Walaupun sering di-huss oleh bapak-bapak, ntar lama kelamaan suaranya terdengar lagi.

Trus, anak-anak yang nyatat kadang tidak semuanya nyatat sendiri. Ada aja yang nyalin catatan teman. Nah itu artinya apa? Cheating alias nyontek! Padahal tujuannya baik, agar anak-anak menyimak ceramah ustad, tapi kok malah jadi momen untuk belajar nyontek, gak jujur dan curang. Catatan Ramadan seolah tidak ada manfaatnya.

Sebenarnya, banyak cara yang bisa dilakukan oleh pihak sekolah terutama guru agama untuk menjadikan kegiatan ini mencapai sasaran. Salah satunya adalah, guru agama betul-betul memeriksa akurasi catatan siswa didik. Soalnya saya rada pesimis kalo para guru betul-betul memeriksa catatan Ramadan muridnya.

Saya ingat waktu sekolah dulu saya merasa tidak tertarik membuat catatan Ramadan. Karena saya curiga, guru agama pastilah tidak akan membaca tugas kami satu persatu. Bayangin aja, 30 tulisan masing-masing dari ratusan siswa!  Sialnya di penghujung catur wulan, sebelum terima rapor, guru agama meminta semua murid mengumpulkan buku catatan Ramadan. Sanksi bagi yang tidak mengumpulkan adalah nilai agama Islam kosong.

Saya teringat kalau saya masih punya catatan Ramadan tahun sebelumnya. Untuk membuktikan kecurigaan saya dan memenuhi syarat nilai, saya kumpulin saja tugas tahun sebelumnya. Dan ternyata, kecurigaan saya terbukti. Nilai saya tetap keluar dan tidak merah!

Yah, saya maklum kalo tidak semua catatan Ramadan akan terbaca oleh guru. Banyak banget soalnya. Tapi bukan berarti tidak ada jalan lain membuat kegiatan itu mencapai sasaran. Dan guru pun bisa tahu kalau tugas yang dikerjakan setiap murid adalah orisinil karya mereka sendiri.

Saya sarankan setiap siswa diminta mempresentasikan salah satu catatan mereka. Siswa diminta bercerita tentang salah satu ceramah ustad yang ada di buku mereka. Selain itu, guru juga bisa membuat suatu diskusi kelompok tentang ceramah yang dicatat siswa.

Dengan adanya aktifitas di kelas terkait catatan Ramadan, otomatis ada keseriusan di kalangan siswa dalam mencatat ceramah ustad. Plus, selain belajar menulis, siswa juga dilatih punya kecakapan berbicara.

No comments: