Translate

Wednesday, September 18, 2013

Romansa Ramadan

Setiap tarawih saya selalu berusaha salat di masjid yang jauh dari rumah. Dalam perjalanan ke tempat ibadah itu, banyak hal janggal yang saya lihat. Banyak pemandangan yang tidak harmonis dengan nilai-nilai bulan suci. Pemandangan kalangan muda yang justru terlihat dimabuk cinta saat semestinya berpuasa.

Sebenarnya pemandangan muda-mudi yang pacaran tidak begitu janggal di masa sekarang ini. Kalau dulu gaya pacaran saya di masa remaja hanya jalan beriringan saja, sekarang sudah saling tuntun-tuntunan. Kalau dulu hanya tatap-tatapan, sekarang malah saling suap-suapan.

Yah, segala sesuatu pasti ada masanya. Menurut saya, gaya pacaran sekarang cukup mengkhawatirkan. Ironisnya, hubungan pacaran yang mulai tidak sehat secara agama itu makin menjadi-jadi di bulan Ramadan. Iblis dan setan seakan sudah lepas ikatan bagi sebagian remaja.

Sepanjang jalan menuju masjid untuk tarawihan itulah, saya lihat pasangan muda mudi yang mesra saat boncengan. Yang cowok merasa gagah didekap erat ceweknya, walau mereka tidak ngebutan. Di luar masjid, sepasang kekasih duduk asik bicara sambil pegang tangan saat adzan berkumandang. Saat berjalan pulang melewati Jam Gadang, tidak sedikit pasangan muda-mudi yang jalan beriringan ngakak sambil berangkulan.

Sebenarnya peluang dimabuk kasmaran saat tarawihan itu terbuka besar bagi muda-mudi. Bagi mereka yang biasanya tidak boleh keluar di malam hari, maka selama Ramadan ada alasan tarawihan sebagai modus. Nah, yang memang sudah punya niatan melenceng dari awal justru pergi berkencan bukannya tarawihan. Dari rumah bermukena dan sarungan,  di luar malah berkencan. Maka yang terlihat bukannya pemandangan yang menentramkan tapi malah pemandangan yang tidak mengenakkan.


Ironis memang. Di saat Ramadan seharusnya menjadi momen menyucikan diri membersihkan hati, sebagian remaja justru menodainya dengan kebohongan dan pacaran. Di saat Islam mengajarkan untuk menjadi orang yang bertakwa, sebagian muda-mudi justru menodai hati dengan hawa nafsu belaka.

Seperti yang saya sebutkan tadi, segala sesuatu itu ada masanya. Walaupun gaya berpacaran mengalami degradasi dan sudah sangat mengkhawatirkan, bukan berarti kita jadi toleran. Maka, selama Ramadan sebaiknya perilaku yang sudah menyimpang itu sebaiknya diluruskan.  Sepanjang Ramadan setidaknya kita bisa menaruh harapan untu bisa mengubah gaya pacaran yang kian memprihatinkan. Bukan sebaliknya, menjadikan Ramadan untuk memperturutkan jebakan setan.

No comments: