Translate

Wednesday, September 18, 2013

Pawai dan Bendera

Sabtu pekan ini (rencananya akan - tulisan ini ditulis pertengahan Minggu ini) ada pawai di Bukittinggi. Kegiatan baris berbaris dengan segala atraksi jalanan sebagai bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun kemerdekaan republik ini. Sementara Sabtu lalu, walau sepertinya berkurang dari tahun ke tahun, beberapa tempat dihiasi bendera merah putih sebagai penanda HUT RI ke 68.

Sepanjang yang saya lihat dan rasakan  - dari tahun ke tahun, apresiasi masyarakat kita terhadap peringatan hari kemerdekaan sepertinya berkurang. Jika ini dikorelasikan dengan kondisi bangsa dan negara ini, saya merasa ada degradasi rasa cinta tanah air di republik ini. Makin ke sinin banyak masyarakat yang tidak begitu peduli dengan sejarah dan nilai-nilai patriotisme leluhur. Akibatnya, kehidupan berbangsa pun mulai mengendor. Bangsa kita hidup dalam lingkaran hedonis nan individualis. Mementingkan diri sendiri.

Pendapat saya bukan tanpa dasar. Dari sekian banyak anak sekolah, remaja, dan pegawai, sedikit sekali di antara mereka yang hapal sila-sila Pancasila. Itu belum pada taraf implementasi nilai dan butir-butirnya loh. Trus, tidak banyak pula yang bisa menyanyikan lagu kebangsaan. Pas saat hari-hari penting nasional, - termasuk saat perayaan HUT RI - tidak seberapa yang mau mengibarkan bendera merah putih. 

Memang sih nilai patriotisme dan nasionalisme bangsa ini tidak bisa diukur dengan tingkat kehapalan lagu, sila atau bendera yang berkibar di halaman rumah. Tapi kalau indikasi tersebut disangkutkan dengan perilaku masyarakat yang semakin individualis hedonis, ini perlu dikhawatirkan. Liat saja korupsi yang semakin diberantas justru semakin dilakukan. Liat pula tawuran antar kelompok atau warga atas nama sesuatu yang tidak penting. Di kalangan remaja gaya hidup semakin tidak mencerminkan identitas kebangsaan. Materi seolah lebih penting dari hubungan bersahabat dan bermasyarakat.

Saya masih teringat saat masih di Belanda dulu. Orang Belanda yang katanya individualis itu ternyata lebih cinta tanah air. Komparasinya sama dengan penuturan saya di atas. Saat momen yang bersifat kebangsaan dan kenegaraan semisal Hari Ratu, Hari Kemerdekaan, Festival-festival, atau pertandingan bola, maka seluruh penjuru negeri Belanda akan dipenuhi atribut Belanda; bendera dan warna oranye.

Pemasangan atribut dan ornamen khas Belanda itu dijumpai sangat masif. Akibatnya, orang-orang imigran dan pendatang sesaat di Belanda pun terpengaruh merasakan dan mencintai Belanda. Mereka menjadi peduli pada negeri yang mereka pijaki.

Pawai, bendera dan atribut lainnya memang bukan satu-satunya bukti kecintaan kita pada negeri ini. Tapi, dengan menggunakannya, setidaknya kita sudah memberi bukti bahwasanya kita mengingat dan mengapresiasi kemerdekaan yang tengah kita nikmati ini. Merdeka!

No comments: