Translate

Sunday, May 27, 2012

Bukittinggi Makin Panas


Bukittinggi lebih dari satu dekade silam. Pagi hari adalah suasana yang menyegarkan hati dan jiwa. Di saat udara masih dingin dan sinar matahari terhalang embun, anak-anak sekolahan pergi sekolah berlilit jaket dan baju hangat. Mereka gembira dan ceria. Kepulan uap yang terhembus dari mulut, kadang dipermainkan seperti hembusan asap rokok. Ketika petang tiba, para lansia mulai membalut leher dengan sarung dan sebo mereka, dan anak-anak muda tampil gaya dengan jaket mereka.
Tapi itu dulu. Sekarang, kota yang dulu sejuk dan dingin itu sudah panas dan gerah. Naiknya suhu udara di Bukittinggi saat ini tidak hanya menjadi keluhan semata. Memakai jaket di pagi hari hanya akan memaksakan gaya, karena akan membuat tubuh basah berkeringat. Entah karena pengaruh udara, atau malah mode dan gaya, pakaian tank top dan minimalis di kalangan remaja putri juga makin digemari. Bahkan di saat malam, selimut pun mulai tidak diperlukan untuk menghangatkan.
Disadari atau tidak, dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global sudah mengubah kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dulu indah dan menyenangkan. Dan disadari atau tidak, perubahan iklim yang kian memprihatinkan itu justru akibat berubahnya gaya hidup masyarakat yang tidak ramah lingkungan. Kita boleh saja mengarahkan tunjuk ke perusahaan-perusahaan besar  yang terus menerus menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi. Namun kadang kita juga alpa, bahwa perilaku sehari-hari kita juga ikut merugikan kualitas lingkungan.
Bukan pemandangan yang jarang kalau melihat anak sekolah dan kuliah yang membuang sampah sembarangan. Membiarkan TV menyala walau tidak menikmati tontonan. Menjadikan materi dan penampilan sebagai standar gengsi dan ukuran. Akibatnya, kita jadi konsumtif dan boros terhadap lingkungan. Betapa banyak orang yang demi gengsi menggunakan kendaraan pribadi walau jarak tempuh hanya dalam hitungan jengkal. Dan betapa banyak pula anak muda yang gonta ganti gadget tanpa menyadari kalau di negara ini belum mampu  mengolah limbah industry. Terlalu banyak contoh kalau disebutkan, namun sayangnya terlalu sedikit yang punya kesadaran.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak perubahan iklim, sejak pertengahan pekan lalu (26-29) telah diadakan “Climate Change Indonesia Education Forum & Expo”.  Selain Pameran, juga ada Seminar Nasional, dan Sosialisasi UU maupun Peraturan dan Ketetapan Pemerintah terbaru, yang terkait dengan masalah Perubahan Iklim, Pemanasan Global dan dampaknya bagi umat manusia. Selain itu dibahas pula upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk mencegah meluasnya dampak perubahan iklim.
Namun, sekali lagi sayang seribu sayang. Dari sekian banyak seminar dan kampanye lingkungan, belum banyak mengubah perilaku remaja kita. Padahal, begitu banyak kabar pertakut yang siap mengubah tatanan hidup kita akibat terjadinya perubahan iklim. Menurut situ LAPAN (Lembagan Penerbangan dan Antariksa Nasional), salah satu akibat terburuk perubahan iklim di bidang pertanian di daerah tropis seperti Indonesia adalah diperkirakan produktivitas pertanian akan mengalami penurunan. Akibatnya, risiko bencana kelaparan akan meningkat. Selain itu juga diperkirakan akan meningkat frekuensi kekeringan dan banjir yang akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang  menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, juga mengakibatkan Indonesia harus mengimpor beras.
Nah, boleh saja saat ini Bukittinggi dan daerah-daerah yang dulunya dingin mulai semakin panas. Namun ke depan nantinya, ketika bumi ini tidak lagi memberikan pangan yang cukup, kita baru sadar akan kesalahan yang telah kita perbuat. Dan untuk mengubah perilaku yang tidak bersahabat dengan lingkungan, tidak perlu menunggu waktu hingga kita harus makan batu atau kayu.

No comments: