Nah, di
Indonesia sendiri, baik hari Bumi maupun Hari Lingkungan Hidup Sedunia
sepertinya masih belum begitu popular dan menyentuh kalangan pejabat hingga ke
akar rumput. Terlalu muluk rasanya kalau berharap para pejabat kita, yang
bertugas sebagai pengambil kebijakan publik, punya nurani dan kepedulian yang
sama dengan Gaylord Nelson. Orientasi pejabat kita masih pada pendapatan
anggaran daerah dan negara. Pitih saja! Urusan lingkungan barangkali
ada di urutan ke sekian dari program pembangunan.
Kalo
ngomong soal pemerintah kadang emang bikin capek. Well, tidak perlu berharap akan ada aksi massif dari pemerintah
yang akan menyelamatkan ekologi di bumi ini. Untuk urusan tong sampah saja,
kita masih kalang kabut. Padahal, kalau dikaji dan ditelaah lebih jauh,
lingkungan sangat berperan penting dalam pendapatan daerah dan negara.
Yah… tidak
perlu juga sih mengkritik lebih jauh kealpaan pemerintah dalam menetapkan
kebijakan lingkungan. Kita saja sebagai warga kadang justru lebih parah alpanya
menjaga lingkungan yang kita huni. Pendidikan boleh hingga perguruan tinggi,
tapi peduli pada bumi kayaknya masih playgroup.
Jujur saja, seberapa banyak di antara kita yang rela menyimpan dulu bungkus
makanannya karena tidak ada tong sampah dibanding yang memilih buang saja sampah
makanan sembarangan. Atau seberapa
pedulinya kita untuk memanfaatkan kertas bekas untuk catatan kuliah ketimbang
membeli kertas baru?Padahal, jelas-jelas kalau cinta lingkungan itu ekonomis,
dan ekonomis itu berarti tidak keluar uang. Cuma sayangnya, kita terlalu
gengsi. Hallo… Hari ini masih mikirin gengsi?
Kembali
lagi ke soal Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2011, tahun ini UNEP (United Nations
Environment Programme) menetapkan “Forests:
Nature At Your Service”, yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi “Hutan
Penyangga Kehidupan”sebagai tema. Tema ini menyatu dengan semangat gerakan sejagad
untuk mengurangi global warming alias
pemanasan global. Di Indonesia
sendiri akan ada aksi penanaman sejumlah pohon di beberapa daerah untuk
mendukung gerakan tersebut.
Bagi kita,
kalau untuk menanam satu pohon adalah langkah yang besar dan sulit bagi kita,
- maklum nyari lahan pribadi kan susah
sekarang – semestinya kita ikut menjaga dan melestarikan apa yang ada. Pacaran
di bawah pohon rindang sih sah-sah
saja, namun jangan pohonnya jadi korban tato bukti cinta kalian. Tidak perlu
pula memetik bunga sembarangan sebagai tanda cinta pada si dia. Intinya, kalau
memang tidak bisa memberikan kontribusi lebih, setidaknya kita tidak harus
merusak.
Perlu
mengutip kembali apa yang pernah diucapkan Gaylord Nelson bahwa kita harus
menyadari kalau seluruh manusia adalah bagian dari jaring kehidupan di seluruh
dunia. Setiap kita menghilangkan satu spesies, maka konsekuensinya serius.
No comments:
Post a Comment