Translate

Sunday, May 27, 2012

Hari Ini, Hari Hijau

22 April 1970, Gaylord Nelson, senator Amerika Serikat yang prihatin dengan kondisi bumi yang kian kotor dan tercemar oleh ulah manusia memproklamirkan Hari Bumi (Earth Day).  Pada hari itu, ia bersama sejumlah LSM lingkungan mengajak masyarakat mencurahkan setidaknya satu hari saja perhatian pada upaya penyelamatan bumi. Dua tahun berselang, lewat serangkaian kegiatan lingkungan, Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juni 1972 di Stockholm, menetapkan tanggal itu sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Nah, di Indonesia sendiri, baik hari Bumi maupun Hari Lingkungan Hidup Sedunia sepertinya masih belum begitu popular dan menyentuh kalangan pejabat hingga ke akar rumput. Terlalu muluk rasanya kalau berharap para pejabat kita, yang bertugas sebagai pengambil kebijakan publik, punya nurani dan kepedulian yang sama dengan Gaylord Nelson. Orientasi pejabat kita masih pada pendapatan anggaran daerah dan negara.  Pitih saja! Urusan lingkungan barangkali ada di urutan ke sekian dari program pembangunan.
Kalo ngomong soal pemerintah kadang emang bikin capek. Well, tidak perlu berharap akan ada aksi massif dari pemerintah yang akan menyelamatkan ekologi di bumi ini. Untuk urusan tong sampah saja, kita masih kalang kabut. Padahal, kalau dikaji dan ditelaah lebih jauh, lingkungan sangat berperan penting dalam pendapatan daerah dan negara.
Yah… tidak perlu juga sih mengkritik lebih jauh kealpaan pemerintah dalam menetapkan kebijakan lingkungan. Kita saja sebagai warga kadang justru lebih parah alpanya menjaga lingkungan yang kita huni. Pendidikan boleh hingga perguruan tinggi, tapi peduli pada bumi kayaknya masih playgroup. Jujur saja, seberapa banyak di antara kita yang rela menyimpan dulu bungkus makanannya karena tidak ada tong sampah dibanding yang memilih buang saja sampah makanan sembarangan.  Atau seberapa pedulinya kita untuk memanfaatkan kertas bekas untuk catatan kuliah ketimbang membeli kertas baru?Padahal, jelas-jelas kalau cinta lingkungan itu ekonomis, dan ekonomis itu berarti tidak keluar uang. Cuma sayangnya, kita terlalu gengsi. Hallo… Hari ini masih mikirin gengsi?
Kembali lagi ke soal Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2011, tahun ini UNEP (United Nations Environment Programme) menetapkan “Forests: Nature At Your Service”, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “Hutan Penyangga Kehidupan”sebagai tema. Tema ini menyatu dengan semangat gerakan sejagad untuk mengurangi global warming alias pemanasan global. Di Indonesia sendiri akan ada aksi penanaman sejumlah pohon di beberapa daerah untuk mendukung gerakan tersebut.
Bagi kita, kalau untuk menanam satu pohon adalah langkah yang besar dan sulit bagi kita, -  maklum nyari lahan pribadi kan susah sekarang – semestinya kita ikut menjaga dan melestarikan apa yang ada. Pacaran di bawah pohon rindang sih sah-sah saja, namun jangan pohonnya jadi korban tato bukti cinta kalian. Tidak perlu pula memetik bunga sembarangan sebagai tanda cinta pada si dia. Intinya, kalau memang tidak bisa memberikan kontribusi lebih, setidaknya kita tidak harus merusak.
Perlu mengutip kembali apa yang pernah diucapkan Gaylord Nelson bahwa kita harus menyadari kalau seluruh manusia adalah bagian dari jaring kehidupan di seluruh dunia. Setiap kita menghilangkan satu spesies, maka konsekuensinya serius. 

No comments: